Tampilkan postingan dengan label Keajaiban Shalat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keajaiban Shalat. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 April 2012

ASPEK PSIKOLOGIS SHALAT

Shalat secara bahasa berarti berdoa. Shalat merupakan ibadah istimewa dalam Islam, baik dilihat dari turunnya perintah untuk shalat kepada Nabi Muhammad Saw. Mapun dimensi-dimensi lainnya.[1]
Menurut Djamaludin Ancok dalam Sentot Haryanto (2003: 61), ada beberapa aspek
Terapeutik yang terdapat dalama ibadah shalat, antara lain : aspek olah raga, aspek meditasi, aspek auto-sugesti dan aspek kebersamaan. Di samping itu shalat juga mengandung unsur relaksasi otot, relaksasi kesadaran indra, aspek katarsis.
  1. Aspek olah raga
Dalam gerakan-gerakan shalat mengandung unsur gerakan-gerakan olah raga; mulai dari takbir, berdiri, ruku, sujud, duduk di antara dua sujud, duduk akhir (atahiyat) sampai mengucapkan salam.[2] Menurut ilmu kesehatan, setiap posisi gerakan shalat adalah posisi paling sempurna dalam memelihara kondisi kesehatan tubuh.[3]
Dengan melaksanakan shalat secara teratur, maka akan terhindar dari penyakit seperti serangan jantung, empisema (benkak pada rongga paru-paru), radang sendi (arthritis), problem kandung kemih, ginjal dan usus besar, infeksi virus dan bakteri, penyakit mata, hilang ingatan dan pikun, pegal pada pinggang dan tulang belakang.
Sehingga melalui shalat, gerakan organ tubuh menjadi lincah dan memiliki daya tahan terhadap penyakit. Shalat memiliki sifat isoterik, yang mengandung unsur badan dan jiwa, serta menhasilkan bio-energi.
  1. Aspek relaksasi otot
Ibadah shalat juga mempunyai efek seperti relaksasi otot, yaitu kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu selama menjalankan shalat.[4]
Menurut Walker,dkk ada bagian-bagian tubuh tertentu yang harus digerakkan atau dikontraksikan selama melakukan relaksasi otot, antara lain:
  1. Bagian kepala :mata,pipi, dahi, mulut, bibir, hidung, lidah, dan rahang.
  2. Leher
  3. Bahu
  4. Lengan bawah dan lengan atas
  5. Siku
  6. Pergelangan tangan
  7. Tangan dan jari-jari
  8. Dada
  9. Perut
  10. Tulang belakang dan punggung
  11. Pinggang dan pantat
  12. Paha
  13. Lutut
  14. Pergelangan kaki
  15. Kaki dan jari-jari kaki
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Johana Endang Prawitasari dengan menggunakan teknik relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan yoga, hasilnya menunjukkan bahwa teknik-teknik tersebut ternyata efektif untuk mengurangi keluhan berbagai penyakit terutama psikosomatis.[5]
  1. Aspek relaksasi kesadaran indera
Relaksasi kesadaran indera ini seseorang biasanya diminta untuk membanyangkan pada tempat-tempat yang mengenakkan. Pada saat shalat seseorang seolah-olah terbang ke atas (ruh) menghadap kepada Allah secara langsung tanpa ada perantara. Setiap bacaan dan gerakkan senantiasa dihayati dan dimengerti dan ingatannya tertuju kepada Allah. Sebagaimana digambarkan Allah dalam QS. Thaha:14.
Shalat adalah dialog antara hamba dengan Tuhannya.
  1. Aspek Meditasi
Meditasi saat ini menjadi alternatif solusi berbagai persoalan bagi orang-orang sibuk, terutama yang stres. Beberapa penelitian mencoba untuk melihat pengaruh meditasi atau yoga terhadap gelombang-gelombang otak atau EEG (elenctro-encyphalographic), yaitu dengan jalan membangdingkan sebelum meditasi dan sesudah melakukan meditasi. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perubahan atau perbedaan gelombang-gelombang otak. Setelah meditasi otak lebih banyak mengeloarkan gelombang-gelombang alfa yang berhubungan dengan ketenangan atau kondisi relaks.[6]
Shalat juga memiliki efek seperti meditasi atau yoga bahkan merupakan meditasi atau yoga tingkat tinggi bila dijalankan dengan benar dan khusuk. Menurut Arif Wbisono Adi shalat akan mempengaruhi pada seluruh sistem yang ada dalam tubuh kita, pencernaan, otot-otot, kelenjar, reproduksi dan lain-lain.
Shalat memiliki efek yang mirip dengan efek obat-obatan. Misalnya memberikan efek ketenangan (depresan), seperti obat bius atau obat penenang. Konsentrasi penuh dalam shalat (khusuk), yaitu hanya mengingat Allah Swt. Akan menutup rangsangan lain yang akan terbawa ke otak.
Alvan Goldstein telah menemukan semacam zat morfin alamiah yang ada pada diri manusia, yaitu dalam otak manusia yang disebut endogegonius morphin/endorfin.[7] Menurut Dr. Sunandi,MA bahwa kelenjar endorfina dan enkafalina yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata mempunyai efek yang mirip dengan opiat (candu), sehingga disebut opiat endogen. Menurut Kastama, dkk (1990) zat yang mirip dengan morfin yang dihasilkan oleh tubuh manusia dengan rumus kimia C17H19N03 disebut endofina dan encephalina yaitu yang dihasilkan oleh kelenjar hipofese di otak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada zat semacam morfin tersebut memiliki fungsi kenikmatan (pleasure principle).[8]
Seseorang yang memasukkan zat morfin ke dalam tubuhnya. Maka terjadi penghentian produksi endorfin dalam tubuhnya. Jika dilakukan penghentian morfin dari luar secara mendadak, misalnya berhenti dari menyalahgunakan narkotika, tubuhnya tidak segera memproduksi endorfin. Produksi endorfin akan dipacu dengan aktifitas semacam meditasi. Jadi menurut teori atau pendekatan ini shalat dapat membantu merangsang atau mempercepat tubuh memproduksi endorfin.[9]
  1. Aspek auto-sugesti/self-hipnosis
Dalam shalat terdapat bacaan-bacaan yang mengandung kebaikan, pujian, doa, permohonan ampun. Ditinjau dari teori hipnosis pengucapan kata-kata tersebut memberikan efek mensugesti atau menghipnosis terhadap orang yang membacanya.[10] Menurut Thoules auto-sugesti adalah suatu upaya untuk membimbing diri pribadi melalui proses pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan.
Dr. Georgi Lozanov yang melakukan eksperimen yang disebut sugestology atau sugestopedia yang pada prinsipnya bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai seseorang yang sepertinya tersugesti atau terhipnosa seseorang yang baru saja dikenalnya, kemudian uangnya atau banrang-barang berharganya diserahkan orang tersebut, biasanya hal tersebut dinamakan ilmu gendam.
  1. Aspek pengakuan dan penyaluran (katarsis)
Shalat dapat dipandang sebagai prses pengakuan dan penyaluran, proses katarsis atau kanalisasi terhadap hal-hal yang tersimpan dalam dirinya.
Shalat menjadi sarana hubungan manusia dengan Tuhan. Sehingga hal ini memberikan efek bahwa manusia tidak sendiri (lonely), selalu ada yang mengawasi dan menjaganya, yaitu Allah Swt. Perasaan ini akan membantu proses penyembuhan dari kegelisahan. Menurut Zakiah Daradjat (1983) shalat, dzikir, doa dan permohonan ampunan kepada Allah merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan pada ketenangan dan ketentraman jiwa.[11]
Pemecahan hidup melalui keagamaan akan meningkatkan kehidupan itu sendiri ke nilai spiritual, sehingga manusia akan memperoleh keseimbangan mental karena keyakinan tersebut.[12]
  1. Sarana pembentukan kepribadian
Shalat merupakan kegiatan rutinitas dapat sebagai sarana pembentukan kepribadian, yaitu manusia yang bercirikan :
  1. Disiplin, bekerja keras, (QS. An-Nisa:103)
  2. Mencintai kebersihan,
  3. Senantiasa berkata yang baik,
  4. Pribadi Allahu Akbar (Selalu mengagungkan Allah)
  5. Manusia yang seimbang, (QS. Al Qashash:77)
  6. Cinta damai.
  1. Terapi Air (Hydro Therapy)
Whudhu ternyata memiliki efek refreshing, penyegaran, membersihkan badan dan jiwa, serta pemulihan tenaga.[13] Wudhu juga memiliki dampak fisiologis. Terbukti bahwa dibasuhnya tubuh dengan air sebanyak lima kali sehari akan membantu mengistirahatkan organ-organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik dan psikis.[14]
Terapi dengan menggunakan efek air ini sebenarnya telah lama dikenal dalam dunia kedokteran. Terapi air juga dilakukan di Inabah Pondok Pesantren Suryalaya yang dikenal dengan pembinaan terhadap korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif yang lain. Landasan atau filosofi yang digunakan di Inabah adalah AlQuran surah Al Anfal : 11.
Dalam dunia kedokteran dikenal adanya Hukum Baruch dan Hidro-terapi. Hukum Baruch adalah hukum atau teori yang diciptakan oleh seorang dokter di Amerika, Simon Baruch (1840-1921). Menurut teori ini air memiliki daya penenang jiuka suhu air sama dengan suhu kulit, sedangkan jika suhu air lebih tinggi atau lebih rendah akan memberikan efek stimulasi atau merangsang.[15] Hidroterapi dari bahasa Yunani (hydro=air, therapiea=pengobatan), yaitu pengobatan ilmiah yang memanfaatkan air, dan efeknya sebagai berikut:
  1. berendam air hangat dan mandi pancuran air hangat dalam waktu pendek berkhasiat menghilangkan rasa lelah dan menghilangkan ketegangan.
  2. Berendam dan atau menyeka tubuh dengan air dingin berefek mendinginkan dan merangsang tubuh atau bagian tubuh,khususnya jika diikuti pijatan dan perkusi. Air yang dingin akan mengkerutkan pembuluh kapiler.
  3. Menyeka dengan air dingin dan air hangat secara bergantian akan merangsang sistem kadiovaskuler.
  4. Berendam dalam air atau mamdi di pancuran yang hangat akan berkhasiat melemaskan semua otot tubuh.
  5. Mandi air hangat akan melemaskan jaringan dan berefek pada kapiler-kapiler di kulit, hal ini karena banyak darah dari jaringan yang akan ditarik ke kulit. Di samping itu juga dapat mengurangi rasa nyeri.
  6. Mandi dan menyeka dengan air dingin dan air hangat akan menjinakkan syaraf kulit dan syaraf organ-organ intern, yaitu organ yang berkoresponden secara syarafi dengan kulit yang dihangatkan.[16]
Saat ini terbukti dengan banyaknya pusat kebugaran yang menggunakan efek air, rumah, kantor atau tempat rekreasi/hiburan, taman guna mempengaruhi kejiwaan seseorang, seperti sungai buatan, air mancur, air terjun, wisata air yang dikenal dengan istilah back to nature (kembali ke alam). Tanpa air semua makhluk hidup di muka buka akan mati kehausan dan kekeringan. Ini menunjukkan bahwa air adalah sumber kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya.

[1] Sentot Haryanto, Psikologi Shalat: Kajian Aspek-Aspek Psikologi Ibadah Shalat, Yogyakarta, Mitra Pustaka, 2003,h. 60.
[2] Ibid.h. 64.
[3] Ibid.h 65.
[4] Ibid. h.76
[5] Ibid.h.78
[6] Ibid. h.81, Anand; Kamiya, Ornstein dalam Sentot,2003
[7] Hilman dalam Sentot,h.84
[8] Sentot Haryanto, op cit. h. 85
[9] Ibid.
[10] Ancok dalam Sentot,h.87
[11] Dalam Sentot,h.89
[12] Suharno dalam Sentot,h. 91
[13] Adi dan Effendy dalam Sentot,h.105
[14] Sentot, h.106
[15] Effendy dalam Sentot,h.108
[16] Ibid,h110

Shalat Alam Semesta

14 Juli 2010 pukul 10:46

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun (QS. Al-Isro’:44)
Putaran ion atom adalah Tawaf mikrokosmos

Sholat adalah sesuatu sistem ibadah di dalam Dienul Islam yang amat istimewa “vision” dan “value”-nya. Pada faktanya, ritus sholat memang istimewa. Banyak hal yang memperlihatkannya demikian. Sholat memuat seribu satu wajah. Sholat dengan wajah normatif-syari’at, sholat dengan wajah filosofi, wajah klinik-medik, wajah demokratis-egaliter, wajah solidaritas sosial, wajah kesatuan insaniah. Adapun dan bagaimanapun perwajahan sholat, sholat tetap bermuara pada dimensi vertikal yakni wujud pengabdian diri pada Sang Pencipta.

Ada satu lagi wajah sholat yang amat menarik, yakni berhubungan dengan gejala-gejala kealaman, baik pada skala mikrokosmologi maupun makrokosmologi. Suatu bentuk wajah yang alami dan universal. Dalam dataran ini sholat bukan hanya memberikan daya tarik hati/rohani an-sich, melainkan juga daya tarik akal/intelektual sekaligus.

Citra natural-kosmologis suatu hal menyajikan sesuatu konotasi positif yang alami, bening, jernih, lapang, segar dan menyatu. Begitulah analisa sholat dalam kerangka kealaman. Sholat yang natural, yang kosmologis, lebih tampak nyata dilihat manakala diposisikan secara pararel dalam hubungannya dengan realitas kealaman. Sholat memiliki serangkaian anasir dan pentahapan gerak-gerik yang ritmis dan periodic. Alam juga memperlihatkan hal yang sama. Keduanya sama-sama bukan sesuatu yang “diam”.Dan melihat keduanya melalui “approach” tertentu akan diperoleh kenyataan seragam/uniform yang menakjubkan.

Banyak orang yang tidak menduga bahwa geraak-gerik sholat yang tampak “biasa-biasa saja” tersebut ternyata menyimpan keajaiban luar biasa. Kalau dicermati lebih jauh ternyata sholat menyimpan muatan-muatan operasi matematik sangat menarik. Demikian juga hal yang sama tentang perilaku alam. Akan terlihat antara gerak-gerik sholat dan gerak-gerik alam mempertontonkan “atraksi” paralelitas numeric yang mengagumkan. Karena selama ini manusia berasumsi bahwa “wilayah sacral” tidak akan pernah bertemu dengan “wilayah ilmiah”. Namun asumsi itu terbantahkan. Lebih dari itu, di sana ada rahasia matematik yang mempertalikan rukun Islam kedua ini dengan gejala-gejala kealaman. Alam jagat raya merupakan organisasi paling raksasa di dunia ini.

Tawaf Makrokosmos

Selama ini sholat memang lebih dikenal kental sebagai kesadaran, penghayatan dan pengalaman vertikal dan horizontalnya. Peningkatan kesadaran, penghayatan dan pengamalan tersebut untuk dapat diperluas ke arah jagat raya mikro dan makro, belum banyak ditempuh. Padahal di era “melek” [membuka mata] terhadap IPTEK ini pelebaran ke arah sana akan bernilai sangat strategis. Dengan demikian mengantarkan kita pada kekhusyu’an ibadah sholat, intens dan kian menyesal bila memotong garis kontinuitasnya. Sholat akan mendidik kita makin ramah, santun dan bersahabat terhadap alam dan kehidupan di dalamnya.

Tawaf di masjidil Haram Mekah

Pada tataran baku sholat merupakan kesadaran, penghayatan dan pengamalan yang bersifat vertical. Berkadar transenden-relijius. Lalu, pada tataran yang lebih luas sholat mendapatkan “kelebihan-kelebihan” kosmologisme. Kombinasi antara keduanya akan lebih memampukan manusia menembus kesadaran dan penghayatan ruang dan waktu. Sholat, sebagaimana yang dijalani sehari-hari, memang sudah selalu berarti menembus batas-batas kesadaran dan penghayatan tersebut. Ini terjadi karena Al-Khaliq tidak pernah terkungkung oleh ruang dan waktu. Dengan demikian memasukkan wilayah kesadaran dan penghayatan kosmologi-ilmiah akan lebih meningkatkan dan membantu manusia untuk itu. Sholat bukan sekedar serangkaian gerak-gerik nir-makna, tetapi betul-betul seribu satu wajah teduh dan strategis. Sarat nilai dan hikmah.

Peri kehidupan dunia ini sarat tantangan dan problematika. Ada banyak persoalan manusia yang menuntut bukan saja penyelesaian-penyelesaian taktis-praktis tetapi juga strategi. Paling tidak, dalam dataran epistemologi sholat menjanjikan solusi-solusi praktis, taktis dan strategis. Dalam dataran ilmiah, pergaulan lingkungan, kemasyarakatan, sosial maupun vertikal sudah barang tentu sholat memberikan tambahan janji-janji solusif.

Sholat memang sejumlah solusi. Serumpun solusi multi- dimensi. Sholat merangkum kesatuan kemanusiaan di satu sisi, kesatuan kemanusian dan kealaman di sisi lain, dalam pergaulan akbar interkosmos yang harmonis dan serasi menuju rekatan vertikalisme yang khusyu’ dan horizontalisme yang hangat dan damai. Khusyu’ di hadapan Sang Pencipta, mesra terhadap alam, hangat terhadap sesame, lapang terhadap semua kenyataan. Bagai air mengalir, berangkat dari anak-anak sungai semakin memuara semakin menyatu dengan hal-hal lain hingga akhirnya semua bertemu di satu titik muara. Titik muara itu adalah Alloh Rabbul A’la. Dia-lah satu dan satu-satunya tumpuan ber-Tasbih dan ber-sujud berserah diri. Sholat mengajarkan bagaimana cara bermuara yang baik dan benar. Itulah sholat. Rumus solusi yang benar-benar cantik dan indah.

Sumber : Noor Amin S. Sy. Zuhri HM, Sholat dalam Perspektif Kosmologi : Getar Ruku dan Sujud, Titian Ilahi Press : Yogyakarta, h. 11-22.

Sholat berjamaah bagian terkecil dari tawaf makrokosmosRuku' & Sujud bersama alam semesta

Shalat & Exercise Tubuh

14 Juli 2010 pukul 11:07

Shalat bisa menjadi timing istirahat dari aktivitas yang berat, karena sebelum mengerjakan shalat diawali dengan wudhu, wudhu memberi efek kesegaran moisturaising bagi kulit dan selaput lender. Shalat juga dapat berfungsi sebagai exercise, karena shalat mengandung aktivitas fikir, aktivitas lisan, dan aktivitas fisik. Dalam hal ini pikiran, lisan dan fisik betul-betul terkoordinasi sedemikian rupa sehingga dianggap sebagai suatu exercise yang menyeluruh. Meskipun tidak dalam arti menggunakan energi yang maksimal, akan tetapi manfaatnya boleh jadi akan lebih optimal dibandingkan dengan exercise yang lain. Oleh karena itu shalat hendaklah betul-betul dilakukan dengan kekhusyu’an segenap pikiran, ucapan-ucapan doa dengan lisan, dan perbuatan yang dilakukan oleh anggota badan dalam gerakan-gerakan shalat.

(dr. Sagiran, M. Kes., Sp.B)

NASYID & RELIGI ISLAMI


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
 
Free Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design