14 Juli 2010 pukul 10:46
Langit
yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada
Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,
tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia
adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun (QS. Al-Isro’:44)
Sholat
adalah sesuatu sistem ibadah di dalam Dienul Islam yang amat istimewa
“vision” dan “value”-nya. Pada faktanya, ritus sholat memang istimewa.
Banyak hal yang memperlihatkannya demikian. Sholat memuat seribu satu
wajah. Sholat dengan wajah normatif-syari’at, sholat dengan wajah
filosofi, wajah klinik-medik, wajah demokratis-egaliter, wajah
solidaritas sosial, wajah kesatuan insaniah. Adapun dan bagaimanapun
perwajahan sholat, sholat tetap bermuara pada dimensi vertikal yakni
wujud pengabdian diri pada Sang Pencipta.
Ada satu lagi
wajah sholat yang amat menarik, yakni berhubungan dengan gejala-gejala
kealaman, baik pada skala mikrokosmologi maupun makrokosmologi. Suatu
bentuk wajah yang alami dan universal. Dalam dataran ini sholat bukan
hanya memberikan daya tarik hati/rohani an-sich, melainkan juga daya
tarik akal/intelektual sekaligus.
Citra
natural-kosmologis suatu hal menyajikan sesuatu konotasi positif yang
alami, bening, jernih, lapang, segar dan menyatu. Begitulah analisa
sholat dalam kerangka kealaman. Sholat yang natural, yang kosmologis,
lebih tampak nyata dilihat manakala diposisikan secara pararel dalam
hubungannya dengan realitas kealaman. Sholat memiliki serangkaian
anasir dan pentahapan gerak-gerik yang ritmis dan periodic. Alam juga
memperlihatkan hal yang sama. Keduanya sama-sama bukan sesuatu yang
“diam”.Dan melihat keduanya melalui “approach” tertentu akan diperoleh
kenyataan seragam/uniform yang menakjubkan.
Banyak
orang yang tidak menduga bahwa geraak-gerik sholat yang tampak
“biasa-biasa saja” tersebut ternyata menyimpan keajaiban luar biasa.
Kalau dicermati lebih jauh ternyata sholat menyimpan muatan-muatan
operasi matematik sangat menarik. Demikian juga hal yang sama tentang
perilaku alam. Akan terlihat antara gerak-gerik sholat dan gerak-gerik
alam mempertontonkan “atraksi” paralelitas numeric yang mengagumkan.
Karena selama ini manusia berasumsi bahwa “wilayah sacral” tidak akan
pernah bertemu dengan “wilayah ilmiah”. Namun asumsi itu terbantahkan.
Lebih dari itu, di sana ada rahasia matematik yang mempertalikan rukun
Islam kedua ini dengan gejala-gejala kealaman. Alam jagat raya
merupakan organisasi paling raksasa di dunia ini.
Selama
ini sholat memang lebih dikenal kental sebagai kesadaran, penghayatan
dan pengalaman vertikal dan horizontalnya. Peningkatan kesadaran,
penghayatan dan pengamalan tersebut untuk dapat diperluas ke arah jagat
raya mikro dan makro, belum banyak ditempuh. Padahal di era “melek”
[membuka mata] terhadap IPTEK ini pelebaran ke arah sana akan bernilai
sangat strategis. Dengan demikian mengantarkan kita pada kekhusyu’an
ibadah sholat, intens dan kian menyesal bila memotong garis
kontinuitasnya. Sholat akan mendidik kita makin ramah, santun dan
bersahabat terhadap alam dan kehidupan di dalamnya.
Pada
tataran baku sholat merupakan kesadaran, penghayatan dan pengamalan
yang bersifat vertical. Berkadar transenden-relijius. Lalu, pada tataran
yang lebih luas sholat mendapatkan “kelebihan-kelebihan” kosmologisme.
Kombinasi antara keduanya akan lebih memampukan manusia menembus
kesadaran dan penghayatan ruang dan waktu. Sholat, sebagaimana yang
dijalani sehari-hari, memang sudah selalu berarti menembus batas-batas
kesadaran dan penghayatan tersebut. Ini terjadi karena Al-Khaliq tidak
pernah terkungkung oleh ruang dan waktu. Dengan demikian memasukkan
wilayah kesadaran dan penghayatan kosmologi-ilmiah akan lebih
meningkatkan dan membantu manusia untuk itu. Sholat bukan sekedar
serangkaian gerak-gerik nir-makna, tetapi betul-betul seribu satu wajah
teduh dan strategis. Sarat nilai dan hikmah.
Peri
kehidupan dunia ini sarat tantangan dan problematika. Ada banyak
persoalan manusia yang menuntut bukan saja penyelesaian-penyelesaian
taktis-praktis tetapi juga strategi. Paling tidak, dalam dataran
epistemologi sholat menjanjikan solusi-solusi praktis, taktis dan
strategis. Dalam dataran ilmiah, pergaulan lingkungan, kemasyarakatan,
sosial maupun vertikal sudah barang tentu sholat memberikan tambahan
janji-janji solusif.
Sholat memang sejumlah solusi.
Serumpun solusi multi- dimensi. Sholat merangkum kesatuan kemanusiaan
di satu sisi, kesatuan kemanusian dan kealaman di sisi lain, dalam
pergaulan akbar interkosmos yang harmonis dan serasi menuju rekatan
vertikalisme yang khusyu’ dan horizontalisme yang hangat dan damai.
Khusyu’ di hadapan Sang Pencipta, mesra terhadap alam, hangat terhadap
sesame, lapang terhadap semua kenyataan. Bagai air mengalir, berangkat
dari anak-anak sungai semakin memuara semakin menyatu dengan hal-hal
lain hingga akhirnya semua bertemu di satu titik muara. Titik muara itu
adalah Alloh Rabbul A’la. Dia-lah satu dan satu-satunya tumpuan
ber-Tasbih dan ber-sujud berserah diri. Sholat mengajarkan bagaimana
cara bermuara yang baik dan benar. Itulah sholat. Rumus solusi yang
benar-benar cantik dan indah.
Sumber : Noor Amin S.
Sy. Zuhri HM, Sholat dalam Perspektif Kosmologi : Getar Ruku dan Sujud,
Titian Ilahi Press : Yogyakarta, h. 11-22.
0 komentar:
Posting Komentar