Sejumlah media di Rusia menulis manuver berbahaya dari Pillot Alexander
Yablonstev, sebagai penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di
Gunung Salak. Yablonstev diduga mengabaikan peringatan dari sistem
pesawat saat mendekati Gunung Salak (vivanews.com).
Masih terbayang di depan mata dan terngiang ditelinga kita peristiwa nahas jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 milik Rusia menghantam dinding gunung Salak, perbatasan Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat pada Rabu 9 Mei 2012 menewaskan 45 jiwa. Berita itu disiarkan oleh berbagai media hampir setengah bulan. Suasana haru, pilu dan sedih menyelimuti wajah-wajah keluarga para korban tragedi pesawat sukhoi itu.
Radar Hati
Keimanan ibarat radar bagi hati manusia. Jika radar sebuah pesawat mengalami kerusakan, sehingga gelombang yang dipancarkan melemah, ini sangat membahayakan. Keberadaan Pesawat tidak terdeteksi oleh alat manapun. Begitu pula kecanggihan sistem navigasi pada pesawat mampu mengukur dan menampilkan posisi badan pesawat meskipun pesawat terbang secara manuver.
Eksperimen Berbahaya
Jangan melakukan “uji coba” yang hanya mencelakai diri. Jangan melakukan maksiat untuk menguji tingkat keimanan anda. Sebab cara itu keliru dan salah. Orang yang berani berbuat dosa merasa yakin dirinya masih dapat hidup pada esok hari, bahkan bertahun-tahun. Merasa yakin bisa bertobat dan memperbaiki diri kelak setelah dirinya mendekati ajal. Ada sebagian orang merasa percaya diri dengan keilmuan dan keahliannya, sehingga ia mencari-cari celah atau argumentasi agar dirinya tidak dianggap salah dalam melakukan sesuatu. Ia merasa dirinya hebat dan punya kemampuan untuk mengatasi masalah apapun. Sehingga jika ia melakukan sesuatu yang bermasalah (baca: kesalahan) itu tidak dianggapnya masalah karena ia tau cara mengatasinya. Padahal perbuatan yang demikian hanyalah membuang-buang waktu dan menguras energi. Karena ia berani mencari masalah bahkan membuat masalah dalam dirinya. Misalnya, para hakim yang tau akan keadilan malah bertindak tidak adil dalam diri dan keluarganya. Para pejabat wakil rakyat yang tau akan tanggungjawab dan amanah malah korupsi uang rakyat. Aparat Polisi yang tau hukum dan mengayomi masyarakat malah bertindak anarkis dan menganiaya masyarakat. Mahasiswa kaum intelektual yang tau etika malah berlaku anarkis dan brutal saat demonstrasi di jalan-jalan. Guru yang seharusnya menjadi tauladan malah berlaku kasar terhadap anak didiknya. Orang tua yang seharusnya melindungi malah menyiksa, menganiaya dan membunuh anak darah dagingnya. Pemimpin dan pembina agama yang seharusnya lebih alim dan sholeh malah berbuat nista dan maksiat. Memang itu semua hanyalah oknum tertentu, tak ada maksud penulis untuk mendeskreditkan (memojokkan) semua profesi tersebut. Itu semua realita yang terjadi di negeri tercinta ini. Kasus demi kasus yang mencerminkan betapa bobroknya nilai moralitas, spiritualitas dan kultur ketimuran bangsa ini. Akankah negeri yang indah ini tercoreng dan ternodai oleh ulah bangsanya sendiri?...
Kita mesti banyak belajar dari peristiwa kematian seperti jatuhnya pesawat, karamnya kapal, tabrakan maut kereta api, tsunami, gunung berapi, gempa dan peristiwa lainnya yang banyak merenggut nyawa manusia. Mereka yakni para penumpang bahkan Kapten beserta awak pesawat sukhoi itu tidak mengetahui dan tidak menduga bahwa pesawat yang ditumpangi itu akan menambrak gunung, meledak dan jatuh. Sangat mudah bagi Tuhan untuk mencabut nyawa seseorang.
Jangan cari Mati
Semua makhluk hidup telah ditentukan ajalnya masing-masing, dan memang kita tak boleh takut pada mati, tapi jangan juga mencari-cari mati (bunuh diri). Anehnya dijaman sekarang, sebagian manusia ada yang punya hobi menantang maut alias cari mati demi kepuasan hidupnya. Ini terlepas dari kontroversi terhadap aksi para pejuang (Mujahid) Bom Syahid di Palestina yang mereka ditindas oleh bangsa Israel (Yahudi). Mati adalah pilihan mereka (rakyat) Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan. Pengorbanan harta dan nyawa juga dilakukan oleh para pahlawan di negeri ini, mereka rela membela bangsa dan negaranya hingga titik darah penghabisan.
Berbeda dengan manusia yang punya kesenangan menantang maut ini hanyalah mereka yang ingin dipuji dan dikenal sebagai manusia super. Aksi ekstrim yang dilakukan seperti memanjat gedung pencakar langit tanpa menggunakan alat pengaman, dan olahraga ekstrim lainnya. Uji nyali dan adrenalin menaklukkan perasaan takut. Meskipun setip penayangan aksi berbahaya mereka itu dipajang tulisan “JANGAN DITIRU DI RUMAH” (DON’T TAKE HOME), masih ada saja yang ikut-ikutan meniru atau terinspirasi katanya dari aksi nekad itu. Namun apakah aksi manuver yang dilakukan Pilot pesawat sukhoi itu juga dikatakan uji nyali atau cuma sekedar ingin menunjukan keahlian dirinya mengendalikan pesawat mahal dan mewah itu?...
Melakukan manuver tanpa persiapan dan perhitungan sama saja cari mati. Sama halnya dengan bermaksiat, perbuatan maksiat adalah manuver tanpa perhitungan dan pertimbangan. Apakah perbuatan yang dilakukan itu menguntungkan atau merugikan. Keimanan kepada Tuhan ia gadaikan hanya untuk patuh pada keinginan (nafsu) sesaat dan sesat. Seseorang tertarik bermaksiat karena menginginkan dan mewujudkan angan-angan (fantasi) kosong yang digombor-gemborkan oleh Setan terhadap nafsu. Yakni nafsu ingin dipuji, disanjung dan mendapat jabatan, nafsu rakus terhadap kekayaan dan kemewahan, nafsu merasakan kenikmatan seks, dan nafsu lain yang merusak jiwa, akal dan fisik, semuanya kepuasan duniawi yang semu dan jemu.
Kenikmatan dan kepuasan itu ketika dirasakan malah bukan kebahagiaan yang didapat, tapi sebaliknya kesengsaraan yang berselimut kenikmatan palsu menggiringnya dalam kehancuran dan pemusnahan tujuan hidupnya di dunia dan akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar