Shalat
secara bahasa berarti berdoa. Shalat merupakan ibadah istimewa dalam
Islam, baik dilihat dari turunnya perintah untuk shalat kepada Nabi
Muhammad Saw. Mapun dimensi-dimensi lainnya.[1]
Menurut Djamaludin Ancok dalam Sentot Haryanto (2003: 61), ada beberapa aspek
Terapeutik
yang terdapat dalama ibadah shalat, antara lain : aspek olah raga,
aspek meditasi, aspek auto-sugesti dan aspek kebersamaan. Di samping itu
shalat juga mengandung unsur relaksasi otot, relaksasi kesadaran indra,
aspek katarsis.
- Aspek olah raga
Dalam
gerakan-gerakan shalat mengandung unsur gerakan-gerakan olah raga;
mulai dari takbir, berdiri, ruku, sujud, duduk di antara dua sujud,
duduk akhir (atahiyat) sampai mengucapkan salam.[2] Menurut ilmu kesehatan, setiap posisi gerakan shalat adalah posisi paling sempurna dalam memelihara kondisi kesehatan tubuh.[3]
Dengan
melaksanakan shalat secara teratur, maka akan terhindar dari penyakit
seperti serangan jantung, empisema (benkak pada rongga paru-paru),
radang sendi (arthritis), problem kandung kemih, ginjal dan usus besar,
infeksi virus dan bakteri, penyakit mata, hilang ingatan dan pikun,
pegal pada pinggang dan tulang belakang.
Sehingga
melalui shalat, gerakan organ tubuh menjadi lincah dan memiliki daya
tahan terhadap penyakit. Shalat memiliki sifat isoterik, yang mengandung
unsur badan dan jiwa, serta menhasilkan bio-energi.
- Aspek relaksasi otot
Ibadah
shalat juga mempunyai efek seperti relaksasi otot, yaitu kontraksi
otot, pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu selama
menjalankan shalat.[4]
Menurut
Walker,dkk ada bagian-bagian tubuh tertentu yang harus digerakkan atau
dikontraksikan selama melakukan relaksasi otot, antara lain:
- Bagian kepala :mata,pipi, dahi, mulut, bibir, hidung, lidah, dan rahang.
- Leher
- Bahu
- Lengan bawah dan lengan atas
- Siku
- Pergelangan tangan
- Tangan dan jari-jari
- Dada
- Perut
- Tulang belakang dan punggung
- Pinggang dan pantat
- Paha
- Lutut
- Pergelangan kaki
- Kaki dan jari-jari kaki
Penelitian
yang dilakukan oleh Dr. Johana Endang Prawitasari dengan menggunakan
teknik relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan yoga, hasilnya
menunjukkan bahwa teknik-teknik tersebut ternyata efektif untuk
mengurangi keluhan berbagai penyakit terutama psikosomatis.[5]
- Aspek relaksasi kesadaran indera
Relaksasi
kesadaran indera ini seseorang biasanya diminta untuk membanyangkan
pada tempat-tempat yang mengenakkan. Pada saat shalat seseorang
seolah-olah terbang ke atas (ruh) menghadap kepada Allah secara langsung
tanpa ada perantara. Setiap bacaan dan gerakkan senantiasa dihayati dan
dimengerti dan ingatannya tertuju kepada Allah. Sebagaimana digambarkan
Allah dalam QS. Thaha:14.
Shalat adalah dialog antara hamba dengan Tuhannya.
- Aspek Meditasi
Meditasi
saat ini menjadi alternatif solusi berbagai persoalan bagi orang-orang
sibuk, terutama yang stres. Beberapa penelitian mencoba untuk melihat
pengaruh meditasi atau yoga terhadap gelombang-gelombang otak atau EEG
(elenctro-encyphalographic), yaitu dengan jalan membangdingkan sebelum
meditasi dan sesudah melakukan meditasi. Hasilnya menunjukkan bahwa ada
perubahan atau perbedaan gelombang-gelombang otak. Setelah meditasi otak
lebih banyak mengeloarkan gelombang-gelombang alfa yang berhubungan
dengan ketenangan atau kondisi relaks.[6]
Shalat
juga memiliki efek seperti meditasi atau yoga bahkan merupakan meditasi
atau yoga tingkat tinggi bila dijalankan dengan benar dan khusuk.
Menurut Arif Wbisono Adi shalat akan mempengaruhi pada seluruh sistem
yang ada dalam tubuh kita, pencernaan, otot-otot, kelenjar, reproduksi
dan lain-lain.
Shalat
memiliki efek yang mirip dengan efek obat-obatan. Misalnya memberikan
efek ketenangan (depresan), seperti obat bius atau obat penenang.
Konsentrasi penuh dalam shalat (khusuk), yaitu hanya mengingat Allah
Swt. Akan menutup rangsangan lain yang akan terbawa ke otak.
Alvan
Goldstein telah menemukan semacam zat morfin alamiah yang ada pada diri
manusia, yaitu dalam otak manusia yang disebut endogegonius
morphin/endorfin.[7]
Menurut Dr. Sunandi,MA bahwa kelenjar endorfina dan enkafalina yang
dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata mempunyai efek yang
mirip dengan opiat (candu), sehingga disebut opiat endogen. Menurut
Kastama, dkk (1990) zat yang mirip dengan morfin yang dihasilkan oleh
tubuh manusia dengan rumus kimia C17H19N03 disebut endofina dan
encephalina yaitu yang dihasilkan oleh kelenjar hipofese di otak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pada zat semacam morfin tersebut
memiliki fungsi kenikmatan (pleasure principle).[8]
Seseorang
yang memasukkan zat morfin ke dalam tubuhnya. Maka terjadi penghentian
produksi endorfin dalam tubuhnya. Jika dilakukan penghentian morfin dari
luar secara mendadak, misalnya berhenti dari menyalahgunakan narkotika,
tubuhnya tidak segera memproduksi endorfin. Produksi endorfin
akan dipacu dengan aktifitas semacam meditasi. Jadi menurut teori atau
pendekatan ini shalat dapat membantu merangsang atau mempercepat tubuh
memproduksi endorfin.[9]
- Aspek auto-sugesti/self-hipnosis
Dalam
shalat terdapat bacaan-bacaan yang mengandung kebaikan, pujian, doa,
permohonan ampun. Ditinjau dari teori hipnosis pengucapan kata-kata
tersebut memberikan efek mensugesti atau menghipnosis terhadap orang
yang membacanya.[10]
Menurut Thoules auto-sugesti adalah suatu upaya untuk membimbing diri
pribadi melalui proses pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia
kepada diri sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan.
Dr. Georgi Lozanov yang melakukan eksperimen yang disebut sugestology atau sugestopedia
yang pada prinsipnya bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil
situasi belajar. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai seseorang
yang sepertinya tersugesti atau terhipnosa seseorang yang baru saja
dikenalnya, kemudian uangnya atau banrang-barang berharganya diserahkan
orang tersebut, biasanya hal tersebut dinamakan ilmu gendam.
- Aspek pengakuan dan penyaluran (katarsis)
Shalat
dapat dipandang sebagai prses pengakuan dan penyaluran, proses katarsis
atau kanalisasi terhadap hal-hal yang tersimpan dalam dirinya.
Shalat
menjadi sarana hubungan manusia dengan Tuhan. Sehingga hal ini
memberikan efek bahwa manusia tidak sendiri (lonely), selalu ada yang
mengawasi dan menjaganya, yaitu Allah Swt. Perasaan ini akan membantu
proses penyembuhan dari kegelisahan. Menurut Zakiah Daradjat (1983)
shalat, dzikir, doa dan permohonan ampunan kepada Allah merupakan
cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan pada ketenangan dan
ketentraman jiwa.[11]
Pemecahan
hidup melalui keagamaan akan meningkatkan kehidupan itu sendiri ke
nilai spiritual, sehingga manusia akan memperoleh keseimbangan mental
karena keyakinan tersebut.[12]
- Sarana pembentukan kepribadian
Shalat merupakan kegiatan rutinitas dapat sebagai sarana pembentukan kepribadian, yaitu manusia yang bercirikan :
- Disiplin, bekerja keras, (QS. An-Nisa:103)
- Mencintai kebersihan,
- Senantiasa berkata yang baik,
- Pribadi Allahu Akbar (Selalu mengagungkan Allah)
- Manusia yang seimbang, (QS. Al Qashash:77)
- Cinta damai.
- Terapi Air (Hydro Therapy)
Whudhu ternyata memiliki efek refreshing, penyegaran, membersihkan badan dan jiwa, serta pemulihan tenaga.[13]
Wudhu juga memiliki dampak fisiologis. Terbukti bahwa dibasuhnya tubuh
dengan air sebanyak lima kali sehari akan membantu mengistirahatkan
organ-organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik dan psikis.[14]
Terapi
dengan menggunakan efek air ini sebenarnya telah lama dikenal dalam
dunia kedokteran. Terapi air juga dilakukan di Inabah Pondok Pesantren
Suryalaya yang dikenal dengan pembinaan terhadap korban penyalahgunaan
narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif yang lain. Landasan
atau filosofi yang digunakan di Inabah adalah AlQuran surah Al Anfal :
11.
Dalam
dunia kedokteran dikenal adanya Hukum Baruch dan Hidro-terapi. Hukum
Baruch adalah hukum atau teori yang diciptakan oleh seorang dokter di
Amerika, Simon Baruch (1840-1921). Menurut teori ini air memiliki daya
penenang jiuka suhu air sama dengan suhu kulit, sedangkan jika suhu air
lebih tinggi atau lebih rendah akan memberikan efek stimulasi atau
merangsang.[15]
Hidroterapi dari bahasa Yunani (hydro=air, therapiea=pengobatan), yaitu
pengobatan ilmiah yang memanfaatkan air, dan efeknya sebagai berikut:
- berendam air hangat dan mandi pancuran air hangat dalam waktu pendek berkhasiat menghilangkan rasa lelah dan menghilangkan ketegangan.
- Berendam dan atau menyeka tubuh dengan air dingin berefek mendinginkan dan merangsang tubuh atau bagian tubuh,khususnya jika diikuti pijatan dan perkusi. Air yang dingin akan mengkerutkan pembuluh kapiler.
- Menyeka dengan air dingin dan air hangat secara bergantian akan merangsang sistem kadiovaskuler.
- Berendam dalam air atau mamdi di pancuran yang hangat akan berkhasiat melemaskan semua otot tubuh.
- Mandi air hangat akan melemaskan jaringan dan berefek pada kapiler-kapiler di kulit, hal ini karena banyak darah dari jaringan yang akan ditarik ke kulit. Di samping itu juga dapat mengurangi rasa nyeri.
- Mandi dan menyeka dengan air dingin dan air hangat akan menjinakkan syaraf kulit dan syaraf organ-organ intern, yaitu organ yang berkoresponden secara syarafi dengan kulit yang dihangatkan.[16]
Saat
ini terbukti dengan banyaknya pusat kebugaran yang menggunakan efek
air, rumah, kantor atau tempat rekreasi/hiburan, taman guna mempengaruhi
kejiwaan seseorang, seperti sungai buatan, air mancur, air terjun,
wisata air yang dikenal dengan istilah back to nature (kembali ke
alam). Tanpa air semua makhluk hidup di muka buka akan mati kehausan
dan kekeringan. Ini menunjukkan bahwa air adalah sumber kebutuhan
manusia dan makhluk hidup lainnya.
[1] Sentot Haryanto, Psikologi Shalat: Kajian Aspek-Aspek Psikologi Ibadah Shalat, Yogyakarta, Mitra Pustaka, 2003,h. 60.
[2] Ibid.h. 64.
[3] Ibid.h 65.
[4] Ibid. h.76
[5] Ibid.h.78
[6] Ibid. h.81, Anand; Kamiya, Ornstein dalam Sentot,2003
[7] Hilman dalam Sentot,h.84
[8] Sentot Haryanto, op cit. h. 85
[9] Ibid.
[10] Ancok dalam Sentot,h.87
[11] Dalam Sentot,h.89
[12] Suharno dalam Sentot,h. 91
[13] Adi dan Effendy dalam Sentot,h.105
[14] Sentot, h.106
[15] Effendy dalam Sentot,h.108
[16] Ibid,h110
0 komentar:
Posting Komentar