6 Maret 2011 pukul 20:40
Hasan Basri pada masa mudanya dikenal sebagai pemuda yang tampan dan flamboyan. Ia senantiasa berpenampilan rapi, klimis, dan suka mengenakan pakaian-pakaian yang indah. Tak heran jika banyak gadis yang jatuh hati padanya. Ia memang menjadi pujaan banyak wanita. Hobi Hasan Basri adalah berjalan-jalan menjelajahi kampung-kampung yang ada di kota Basra.
Pada suatu
hari, ketika Hasan Basri berjalan-jalan, tiba-tiba ia melihat seorang
wanita yang cantik jelita, bertubuh indah dan sangat menarik, sehingga
ia pun terpesona dibuatnya. Maka Hasan Basri pun mengikuti wanita itu
di belakangnya.
Merasa ada yang mengikuti, wanita itu pun menoleh ke belakang, seraya berkata kepada Hasan Basri, “Apakah engkau tidak malu?” Hasan Basri balik bertanya, “Malu kepada siapa?” “Malu kepada zat yang Maha Mengetahui mata yang khianat dan apa-apa yang terbetik di dalam hati!” jawab wanita itu sambil terus berlalu.
Rupanya telah tertanam rasa cinta di dalam hati sang flamboyan ini, bahkan ia sudah tak sabar dan tak lagi bisa menguasai nafsunya, sehingga ia terus mengikuti wanita itu dari belakang. Wanita itu kembali menegurnya, “Mengapa engkau selalu mengikuti aku terus?” Hasan Basri menjawab, “Sungguh aku telah terpesona dengan pandangan matamu!” Wanita itu pun berkata, “Pulanglah, nanti akan saya kirim kepadamu apa yang engkau kehendaki!”
Hasan Basri pun segera pulang. Ia mengira bahwa wanita itu pun telah merasakan cinta kepadanya, sebagaimana ia telah jatuh cinta kepada wanita itu. Tak beberapa lama, seorang pelayan wanita cantik itu pun datang kepadanya dengan membawa sebuah baki yang ditutupi serbet. Berbagai pertanyaan muncul dalam benak Hasan Basri, “apa gerangan yang ada dalam baki ini?”
Tatkala Hasan Basri membuka tutup baki itu, betapa terkejutnya dia. Ternyata isi dari baki tersebut adalah dua mata indah wanita yang dicintainya itu. Pelayan wanita cantik itu berkata kepada Hasan Basri, “Tuan saya berkata,’Aku tidak menghendaki mata yang menyebabkan seseorang terpesona kepadanya dan menjadikan timbulnya fitnah!”
Mendengar penuturan pelayan itu, dan melihat kenyataan yang terjadi, maka Hasan Basri pun menjadi bergetar dan berdirilah bulu romanya, sehingga dia pun memegang jenggotnya, seraya bergumam kepada dirinya sendiri, “Celakalah engkau, sebab sudah berjenggot, tetapi tidak mau lebih malu daripada wanita itu!”
Hasan Basri pun bertaubat dan menyesal pada saat itu. Ia menangis semalaman. Pagi harinya ia datang ke rumah wanita cantik itu untuk meminta maaf serta minta dihalalkan segala kesalahannya. Tapi, tatkala ia sampai di rumah wanita itu, ia mendapati pintu rumahnya tertutup dan terdengar suara tangisan dari orang-orang wanita di dalamnya. Dia pun bertanya kepada orang yang ada di sekitar rumah itu untuk mengetahui apa yang terjadi. Akhirnya dia pun mendapatkan jawaban bahwa wanita cantik itu telah meninggal.
Perasaan bersalah semakin berkecamuk dalam diri Hasan Basri, sehingga memohon ampun kepada Allah. Pada malam yang ketiga, ia bermimpi melihat wanita itu sedang duduk-duduk di surga. Hasan Basri pun berkata padanya, “Halalkanlah olehmu segala kesalahanku!” Wanita itu menjawab,”Sungguh, semuanya telah saya halalkan, karena saya telah memperoleh kebaikan yang banyak dari Allah sebab engkau!”. Hasan Basri berkata, “Berikanlah nasihat kepadaku!” “Kalau engkau sendirian, berzikirlah kepada Allah, dan setiap pagi dan petang mohon ampunlah engkau kepada-Nya, serta bertaubatlah!”
Hasan Basri yang masih muda itu pun menerima nasihat itu dan melaksanakannya, sehingga akhirnya ia menjadi orang yang masyhur di kalangan kaum muslimin, karena kezuhudan dan ketaatannya kepada Allah. Ia memperoleh derajat yang tinggi lagi mulia di sisi Allah, karena menjadi seorang kekasih (wali) Allah”.
(Kisah ini disadur dari buku “Durratun Nasihin”, karya Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Kahaubawiyyi, bab “Fad At-Taubah”)
Merasa ada yang mengikuti, wanita itu pun menoleh ke belakang, seraya berkata kepada Hasan Basri, “Apakah engkau tidak malu?” Hasan Basri balik bertanya, “Malu kepada siapa?” “Malu kepada zat yang Maha Mengetahui mata yang khianat dan apa-apa yang terbetik di dalam hati!” jawab wanita itu sambil terus berlalu.
Rupanya telah tertanam rasa cinta di dalam hati sang flamboyan ini, bahkan ia sudah tak sabar dan tak lagi bisa menguasai nafsunya, sehingga ia terus mengikuti wanita itu dari belakang. Wanita itu kembali menegurnya, “Mengapa engkau selalu mengikuti aku terus?” Hasan Basri menjawab, “Sungguh aku telah terpesona dengan pandangan matamu!” Wanita itu pun berkata, “Pulanglah, nanti akan saya kirim kepadamu apa yang engkau kehendaki!”
Hasan Basri pun segera pulang. Ia mengira bahwa wanita itu pun telah merasakan cinta kepadanya, sebagaimana ia telah jatuh cinta kepada wanita itu. Tak beberapa lama, seorang pelayan wanita cantik itu pun datang kepadanya dengan membawa sebuah baki yang ditutupi serbet. Berbagai pertanyaan muncul dalam benak Hasan Basri, “apa gerangan yang ada dalam baki ini?”
Tatkala Hasan Basri membuka tutup baki itu, betapa terkejutnya dia. Ternyata isi dari baki tersebut adalah dua mata indah wanita yang dicintainya itu. Pelayan wanita cantik itu berkata kepada Hasan Basri, “Tuan saya berkata,’Aku tidak menghendaki mata yang menyebabkan seseorang terpesona kepadanya dan menjadikan timbulnya fitnah!”
Mendengar penuturan pelayan itu, dan melihat kenyataan yang terjadi, maka Hasan Basri pun menjadi bergetar dan berdirilah bulu romanya, sehingga dia pun memegang jenggotnya, seraya bergumam kepada dirinya sendiri, “Celakalah engkau, sebab sudah berjenggot, tetapi tidak mau lebih malu daripada wanita itu!”
Hasan Basri pun bertaubat dan menyesal pada saat itu. Ia menangis semalaman. Pagi harinya ia datang ke rumah wanita cantik itu untuk meminta maaf serta minta dihalalkan segala kesalahannya. Tapi, tatkala ia sampai di rumah wanita itu, ia mendapati pintu rumahnya tertutup dan terdengar suara tangisan dari orang-orang wanita di dalamnya. Dia pun bertanya kepada orang yang ada di sekitar rumah itu untuk mengetahui apa yang terjadi. Akhirnya dia pun mendapatkan jawaban bahwa wanita cantik itu telah meninggal.
Perasaan bersalah semakin berkecamuk dalam diri Hasan Basri, sehingga memohon ampun kepada Allah. Pada malam yang ketiga, ia bermimpi melihat wanita itu sedang duduk-duduk di surga. Hasan Basri pun berkata padanya, “Halalkanlah olehmu segala kesalahanku!” Wanita itu menjawab,”Sungguh, semuanya telah saya halalkan, karena saya telah memperoleh kebaikan yang banyak dari Allah sebab engkau!”. Hasan Basri berkata, “Berikanlah nasihat kepadaku!” “Kalau engkau sendirian, berzikirlah kepada Allah, dan setiap pagi dan petang mohon ampunlah engkau kepada-Nya, serta bertaubatlah!”
Hasan Basri yang masih muda itu pun menerima nasihat itu dan melaksanakannya, sehingga akhirnya ia menjadi orang yang masyhur di kalangan kaum muslimin, karena kezuhudan dan ketaatannya kepada Allah. Ia memperoleh derajat yang tinggi lagi mulia di sisi Allah, karena menjadi seorang kekasih (wali) Allah”.
(Kisah ini disadur dari buku “Durratun Nasihin”, karya Usman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Kahaubawiyyi, bab “Fad At-Taubah”)
0 komentar:
Posting Komentar