Minggu, 29 April 2012

Sederhana di Bulan Suci Bawa Ketenangan Jiwa

Alhamdulillah, saat-saat kegembiraan umat Islam seluruh dunia telah tiba. Tamu agung yang dinanti-nanti, bulan Ramadhan—bulan limpahan rahmat dan kasih sayang Allah SWT.

Sudah menjadi tradisi sebagian kita saat bulan suci ini, terutama disibukan dengan berbagai persiapan perihal seputar menu sahur dan berbuka. Bahkan tidak jarang kita jumpai di pinggir jalan sebagian masyarakat kita memanfaatkan momentum ini untuk berjualan aneka makanan dan minuman. Hal itu memang tidak salah. Sebab dengan itu masyarakat merasa terbantu untuk menyediakan menu makanan selama sebulan penuh. Dan mereka lebih fokus beribadah dari pada sibuk memikirkan dan menyediakan menu apa yang harus dimakan hari ini.

Tahun berganti tahun, fenomena konsumtif demikian terus terjadi. Membuat sebagian orang asyik mengurus perut masing-masing. Seolah-olah Ramadhan tidak lagi menjadi bulan untuk mengendalikan hawa nafsu, malah menjadi bulan menambah nafsu dan keinginan. Bahkan lebih boros dari bulan-bulan sebelumnya. Itu bagi mereka yang berduit. Bagaimana dengan mereka yang kesehariannya pas-pasan. Bagi mereka, bulan suci sama saja dengan bulan lainnya. Karena di bulan lain mereka juga terbiasa berlapar bahkan sehemat mungkin menggunakan uang hasil keringat sendiri. Pemulung, pengamen jalanan, pedagang asongan, pedagang kaki lima, tukang becak dan lainnya adalah bukti nyata bahwa mereka masih memiliki harga diri dan optimis jalani hidup.

Di antara mereka masih ada yang istiqamah menunaikan ibadah puasa. Bahkan mau menyisihkan uangnya untuk sekedar infak masjid. Apakah kita tidak malu disaat kita sibuk berjalan-jalan sore mencari kue yang menggugah selera, sementara mereka sibuk membaca Al Quran sambil berjualan. Di tengah kita menyantap segala makanan dan memenuhi perut ini hingga sesak, di tempat lain mereka dengan rasa bersyukur dapat meneguk air putih.

Bukan berarti kita mesti menjadi seperti mereka. Paling tidak, rezeki lebih yang diberikan Allah dapat dibagikan untuk sahur atau berbuka mereka. Bukankah sikap dermawan itu salah satu bukti kesyukuran kita kepada-Nya Yang Maha Kaya. Sementara dari amal shadaqah itu mengalirlah pahala dari mereka yang berpuasa kepada kita tanpa mengurangi pahalanya.

Lantas bagaimana dengan kita saat ini. Apakah dengan makan dan minum secara berlebihan dapat ’mengenyangkan’ batin ini ? Atau malah menambah pengeluaran harta? Kita harus jujur pada diri sendiri. “Ini cuma setahun sekali, jadi tidak apa-apa kan?” kadang itulah ucapan yang acap kali menjadi dalih mereka yang merasa banyak harta. Memang tak dipungkiri, di bulan suci kita mesti memperhatikan menu makanan terutama dalam hal pemenuhan gizinya. Tapi makanan yang bergizi tidaklah harus mahal. Selain itu, sudah menjadi keharusan kita dapat mengatur pola makan yang sehat dan seimbang . Dengan demikian kita dapat beribadah dengan nyaman dan tenang di hadapan-Nya. Wallahu a’lam.

(dipublikasikan pula oleh Pontianak Post,Rabu,10 Sept 2008 di Rubrik Halo Publik. www.pontianakpost.com)

0 komentar:

Posting Komentar

NASYID & RELIGI ISLAMI


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
 
Free Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design