Di mana kamu sekarang wahai hamba
Allah…?
Dialog ini, sekadar sebuah renungan
untuk kita ambil pelajaran dan hikmah yang terkandung didalamnya.
Suatu malam dimusim dingin, aku
tertidur karena kelelahan selepas kerja. Kurebahkan tubuhku di atas kasur dan
akhirnya tertidur pulas.
Menjelang subuh, aku terbangun karena
rasa haus yang menyerang kerongkongan, segera aku mengambil air dingin untuk
menghilangkan rasa dahaga. Namun, tiba-tiba terdengar rintihan suara dari arah kamar
belakang. Ku palingkan pandangan ke sekeliling, rintihan suara itu menghilang.
Aku jalan lagi mengambil air
minum..setelah hilang rasa dahaga dan hendak kembali ke kamar, rintihan suara
itu datang lagi. Rintihan kali ini sangat keras, seperti suara orang menangis.
Aku berjalan pelan-pelan sambil merunduk, mencari arah asal rintihan suara itu.
Suara itu berasal dari sebuah sajadah. Kupegang sajadah yang ada di kamar
belakang…tiba-tiba rintihan itu langsung berhenti. “Kamukah yang
merintih-rintih barusan,”tanyaku asal kepada sajadah. “Ya,”jawab sajadah.
“Kenapa?”…”Rasa dahagamu telah membuatmu bangun. Kemudian kamu bisa minum
sampai puas. Sedangkan saya…saya haus. Saya perlu air untuk menghilangkan rasa
dahaga, tetapi saya tidak menemukan air.”
“Aku ambilkan air?”
“Tidak, bukan air itu yang saya
butuhkan. Yang saya butuhkan adalah tetesan air mata orang-orang yang
bertaubat.”
“Dari mana aku bisa mendapatkan air
itu?”
“itulah yang menyebabkan saya
merintih dan menangis. Bangunlah, wahai hamba Allah. Shalatlah 2 rakaat di
kegelapan malam supaya bisa menerangi tempatmu di alam kubur nanti. Balasan itu
tergantung dari perbuatan yang telah dilakukan, waktu malam tinggal beberapa
saat. Sebentar lagi azan subuh akan berkumandang. Shalatlah, wahai hamba
Allah.”
“Diam….jangan menyuruhku.”
“Wahai hamba Allah….bangunlah dan
kerjakanlah shalat subuh karena ia bisa memberimu ketenangan dan ketentraman
jiwa….waktu azan telah tiba. Shalat itu lebih baik dari pada tidur….shalat itu
lebih baik dari pada tidur. Siang dan malam kamu selalu memenuhi nafsu duniawi,
sementara panggilan Allah Yang Maha Perkasa tak kau hiraukan…”
“Dia kau, Sajadah…biarkan aku
meneruskan tidurku. Kamu sudah tahu kerjaanku setiap hari. Aku selalu pulang ke
rumah dalam kondisi capek dan lelah.” Tanpa kuhiraukan, aku mengambil selimut
dan tidur lagi. Aku betul-betul merasakan kehangatan dan pasrah, tunduk pada
rasa kantuk yang menyelimuti.
“Wahai hamba Allah, adilkah kamu,
memberikan porsi kepada hal duniawi yang fana lebih besar daripada yang kamu
berikan kepada kenikmatan akhirat yang kekal?”
“Diaaaaamm kau, sajadah!!” teriakku
jengkel, “Please….jangan ganggu Aku..,Aku sangat lelah.Aku ingin tidur.” Sajadah terdiam sejenak, jengkel…lalu dengan
suara lirih, “Celaka, wahai hamba Allah….”bukankah kau mendengar sabda Nabi
saw. bahwa tidak akan tersentuh oleh api neraka orang yang mengerjakan shalat
sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari, maksudnya shalat subuh
dan ashar.”
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain
(subuh dan ashar) maka ia masuk surga.”
“Tak ada waktu shalat yang paling
berat bagi orang-orang munafik selain subuh dan ashar…seandainya mereka
mengetahui kenikmatan dua waktu itu pasti cepat-cepat mengerjakannya.”
Mendengar ucapan sajadah, aku
terbangun dari kelalaian, “Benar kau sajadah, shalat sangat penting…”
“Kalau begitu, bangunlah, wahai hamba
Allah…bangunlah.”
“Begini saja, aku akan mulai shalat
besok…tolong biarkan untuk hari ini…aku ingin melanjutkan tidurku.”
Sajadah bersedih, “Barangsiapa yang
tidak tahu besarnya pahala sebuah perbuatan, maka dalam kondisi apapun ia akan
merasa berat. Besok…kamu akan tidur panjang di liang kubur, wahai hamba Allah!
Ingatlah ucapanku dan nasihatku ini.”
Sang sajadah pun meninggalkannya yang
tidur pulas itu.
******
Ternyata, tidurnya malam itu
merupakan tidur terpanjang dalam sejarah hidupnya. Allah telah mencabut
nyawanya. Sebelum meninggalkan hamba Allah yang durhaka itu, sajadah sempat
melantunkan syairnya;
Wahai orang yang suka menunda taubat
Yang terlalu yakin besok masih hidup
Seseorang hanya mampu berangan-angan
Ajal manusia telah setia menanti
Umur kehidupanmu ada batasnya
Mungkin sekarang merupakan hari terakhirmu.
0 komentar:
Posting Komentar