Jumat, 22 Agustus 2014

Dialog ringan dengan Sajadah


Di mana kamu sekarang wahai hamba Allah…?
Dialog ini, sekadar sebuah renungan untuk kita ambil pelajaran dan hikmah yang terkandung didalamnya.
Suatu malam dimusim dingin, aku tertidur karena kelelahan selepas kerja. Kurebahkan tubuhku di atas kasur dan akhirnya tertidur pulas.
Menjelang subuh, aku terbangun karena rasa haus yang menyerang kerongkongan, segera aku mengambil air dingin untuk menghilangkan rasa dahaga. Namun, tiba-tiba terdengar rintihan suara dari arah kamar belakang. Ku palingkan pandangan ke sekeliling, rintihan suara itu menghilang.
Aku jalan lagi mengambil air minum..setelah hilang rasa dahaga dan hendak kembali ke kamar, rintihan suara itu datang lagi. Rintihan kali ini sangat keras, seperti suara orang menangis. Aku berjalan pelan-pelan sambil merunduk, mencari arah asal rintihan suara itu. Suara itu berasal dari sebuah sajadah. Kupegang sajadah yang ada di kamar belakang…tiba-tiba rintihan itu langsung berhenti. “Kamukah yang merintih-rintih barusan,”tanyaku asal kepada sajadah. “Ya,”jawab sajadah. “Kenapa?”…”Rasa dahagamu telah membuatmu bangun. Kemudian kamu bisa minum sampai puas. Sedangkan saya…saya haus. Saya perlu air untuk menghilangkan rasa dahaga, tetapi saya tidak menemukan air.”
“Aku ambilkan air?”   
“Tidak, bukan air itu yang saya butuhkan. Yang saya butuhkan adalah tetesan air mata orang-orang yang bertaubat.”   
“Dari mana aku bisa mendapatkan air itu?”  
“itulah yang menyebabkan saya merintih dan menangis. Bangunlah, wahai hamba Allah. Shalatlah 2 rakaat di kegelapan malam supaya bisa menerangi tempatmu di alam kubur nanti. Balasan itu tergantung dari perbuatan yang telah dilakukan, waktu malam tinggal beberapa saat. Sebentar lagi azan subuh akan berkumandang. Shalatlah, wahai hamba Allah.”  
“Diam….jangan menyuruhku.” 
“Wahai hamba Allah….bangunlah dan kerjakanlah shalat subuh karena ia bisa memberimu ketenangan dan ketentraman jiwa….waktu azan telah tiba. Shalat itu lebih baik dari pada tidur….shalat itu lebih baik dari pada tidur. Siang dan malam kamu selalu memenuhi nafsu duniawi, sementara panggilan Allah Yang Maha Perkasa tak kau hiraukan…”
“Dia kau, Sajadah…biarkan aku meneruskan tidurku. Kamu sudah tahu kerjaanku setiap hari. Aku selalu pulang ke rumah dalam kondisi capek dan lelah.” Tanpa kuhiraukan, aku mengambil selimut dan tidur lagi. Aku betul-betul merasakan kehangatan dan pasrah, tunduk pada rasa kantuk yang menyelimuti.
“Wahai hamba Allah, adilkah kamu, memberikan porsi kepada hal duniawi yang fana lebih besar daripada yang kamu berikan kepada kenikmatan akhirat yang kekal?”
“Diaaaaamm kau, sajadah!!” teriakku jengkel, “Please….jangan ganggu Aku..,Aku sangat lelah.Aku ingin tidur.”  Sajadah terdiam sejenak, jengkel…lalu dengan suara lirih, “Celaka, wahai hamba Allah….”bukankah kau mendengar sabda Nabi saw. bahwa tidak akan tersentuh oleh api neraka orang yang mengerjakan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari, maksudnya shalat subuh dan ashar.”
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (subuh dan ashar) maka ia masuk surga.”
“Tak ada waktu shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik selain subuh dan ashar…seandainya mereka mengetahui kenikmatan dua waktu itu pasti cepat-cepat mengerjakannya.”
Mendengar ucapan sajadah, aku terbangun dari kelalaian, “Benar kau sajadah, shalat sangat penting…” 
“Kalau begitu, bangunlah, wahai hamba Allah…bangunlah.”
“Begini saja, aku akan mulai shalat besok…tolong biarkan untuk hari ini…aku ingin melanjutkan tidurku.”
Sajadah bersedih, “Barangsiapa yang tidak tahu besarnya pahala sebuah perbuatan, maka dalam kondisi apapun ia akan merasa berat. Besok…kamu akan tidur panjang di liang kubur, wahai hamba Allah! Ingatlah ucapanku dan nasihatku ini.”
Sang sajadah pun meninggalkannya yang tidur pulas itu.
******
Ternyata, tidurnya malam itu merupakan tidur terpanjang dalam sejarah hidupnya. Allah telah mencabut nyawanya. Sebelum meninggalkan hamba Allah yang durhaka itu, sajadah sempat melantunkan syairnya;
Wahai orang yang suka menunda taubat
Yang terlalu yakin besok masih hidup
Seseorang hanya mampu berangan-angan
Ajal manusia telah setia menanti
Umur kehidupanmu ada batasnya
Mungkin sekarang merupakan hari terakhirmu.

Sumber: Syaikh Abu Abdillah Muhammad Abdullah, 2008. Titik Balik: Refleksi Kisah Hidup Para Pencari Tuhan Menuju Taubat, penerjemah: H. Cecep Sholeh Kurniawan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. h. 13-16.

0 komentar:

Posting Komentar

NASYID & RELIGI ISLAMI


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
 
Free Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design