Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak
menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana
seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku,
mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat
menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang diantara
orang-orang yang menyesal
Alam ini sesungguhnya adalah
laboratorium besar yang digelar Allah untuk kita praktikum, berupa tafakur
mengenal sunnatullah yaitu tentang fenomena alam. Yang dapat kita contoh bahwa
seelum ilmuwan memulai suatu proyek baru, mereka biasanya mencari model pada
makhluk hidup, dan meniru system dan desain makhluk hidup tersebut[1].
Dengan kata lain, ilmuwan mengamati dan mempelajari rancangan-rancangan yang
diciptakan oleh Allah di alam, setelah terilhami olehnya, mereka pun lalu
mengembangkan teknologi baru, sebagaimana yang difirmankan Allah pada QS.
Yunus: 101.
Katakanlah: “Perlihatkanlah apa
yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan
rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”.
(101).
Kita disuruh mengamati alam
sekitar kita dan pengamatan tersebut harus menjadikan kita semakin mengenal
Mahabesar Allah dan semakin membutuhkan Allah. Ini sesuai dengan ayat pertama
yang turun kepada Nabi, yaitu kita disuruh iqra’ pada sunnatullah di ala mini,
yaitu membaca dan menulis, sebagaimana yang difirmankan Allah pada QS.
Al-‘Alaq: 1.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang menciptakan, (1)
Maka, disamping mendapatkan
banyak pelajaran, kita semakin mengenal Mahabesarnya Allah, sehingga semakin
bersyukur, yang dapat memperoleh ilham berupa ide-ide kea rah pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang baru[2].
Kasus terbunuhnya manusia pertama, Qabil sedang kebingungan dengan jasad
adiknya. Sudah sekian waktu dipanggulnya kesana-kemari, tidak tahu harus
bagaimana atau mau diapakan jasad adiknya tersebut. Kemudian, Allah
mencontohkan cara menguburkan, sebagaimana dalam QS Al-Maidah ayat 31 di atas.
Pendekatan ini telah melahirkan biomimetics [biomimetika], cabang baru
ilmu pengetahuan yang mencoba meniru makhluk hidup. Baru-baru ini, cabang ilmu
pengetahuan ini telah diterapkan dalam dunia teknologi secara luas. Biomimetika
mengacu pada seluruh bahan, perlengkapan, cara kerja, dan system yang dibuat
manusia untuk meniru system yang ada di alam. Masyarakat ilmiah kini merasakan
kebutuhan yang sangat besar terhadap perangkat semacam itu, khususnya dalam
bidang nanoteknologi, teknologi robot, kecerdasan buatan, kedokteran, dan
militer. Biomimikri pertama kali dikemukakan oleh Janine M. Benyus, seorang
penulis dan pengamat ilmiah dari Montana. Gagasan ini kemudian dikaji oleh
banyak orang dan mulai dapat diterapkan dalam sejumlah hal[3].
Cara kerja dan rancangan makhluk
hidup di alam yang mengagumkan ini, sebagian kecil di antaranya telah kita
sebut, berkemungkinan dikembangkan untuk memperkaya teknologi di berbagai
bidang. Kemungkinan pengembangan ini menjadi semakin tampak nyata seiring
dengan semakin bertambahnya perbendaharaan pengetahuan dan sarana teknologi
kita[4].
Para ilmuwan takjub ketika
menghadapi kenyataan bahwa rancangan bangun dan system yang mereka temukan, tak
tertandingi seiring dengan bergantinya hari. Mereka mewujudkan kekaguman ini
dan menjadi terilhami untuk membuat beragam teknologi baru untuk kemaslahatan
umat manusia. Sadar bahwa system yang sempurna dan teknik luar biasa yang sudah
ada di alam jauh lebih hebat daripada pengetahuan dan kecerdasan mereka sendiri,
mereka menjadi paham tentang cara-cara pemecahan yang tak tertandingi terhadap
masalah yang telah ada. Kini, para ilmuwan berpaling kepada penggunaan
rancangan-rancangan yang ada di alam untuk memecahkan permasalahan yang sulit
ditangani selama bertahun-tahun. Alhasil, mereka mungkin akan meraih
keberhasilan dalam waktu sangat singkat. Terlebih lagi, dengan meniru makhluk
hidup di alam, para ilmuwan sangatlah diuntungkan dalam hal waktu dan tenaga,
dan juga penggunaan sumber-sumber bahan yang tepat sasaran[5].
Oleh karena itu, hal ini
membuktikan bahwa penciptaan Allah tak bercelah dan tak tertandingi,
sebagaimana yang difirmankan Allah pada QS. Al-Hasyr: 24.
Dialah Allah yang Menciptakan,
yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai Asmaul Husna. Bertasbih
kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (24).
Di abad ke-19, alam hanya ditiru
dalam hal keindahannya. Seniman dan arsitek di masa itu terpengaruh oleh alam
dan menggunakan contoh-contoh penampilan luar rancangan bangunan tersebut dalam
karya-karya mereka. Akan tetapi, pemahaman akan rancangan di alam yang luar
biasa dan kemungkinan dimanfaatkan umat manusia, hanya dimulai di abad ke-20
dengan pengkajian mekanisme alamiah di tingkat molekuler. Para ilmuwan kini
tengah belajar dari makhluk hidup, sebagaimana yang diwahyukan Al-Quran 1.400
tahun lalu[6].
Jenis Biometric Authentification
Authentification adalah hal yang sangat penting untuk
indentifikasi, namun sudah banyak teknologi yang diterapkan untuk menjaga
keautentikan tersebut. Akan tetapi, dalam pelaksanaan dan penerapannya, banyak
kendala yang dihadapi dan masih kurang memberikan perlindungan yang aman.
Teknologi biometric menawarkan autentifikasi yang secara biologis memungkinkan
system dapat mengenali penggunaannya lebih tepat. Terdapat beberapa metode,
diantaranya:[7]
1. Pengenalan
sidih jari
Metode ini
adalah merekam karakteristik sidik jari yang spesifik, kemudian menyimpan data
dari tiap-tiap user ke dalam sebuah
template, yang ketika user tersebut
mencoba, akan membandingkan data yang tersimpan pada template dengan pembacaan
sidik jari yang masuk.
2. Pengenalan
wajah
Metode ini
adalah pengenalan bentuk-bentuk dan posisi dari cirri-ciri wajah seseorang,
kemudian menyimpan data wajah tiap-tiap user dengan sebuah kamera video ke
dalam sebuah template, yang ketika user tersebut mencoba akan membandingkan
data yang tersimpan pada template dengan pembacaan wajah yang masuk.
3. Pengenalan
Retina
Metode ini
adalah pengenalan bentuk retina dan lapisan-lapisan pembuluh yang dialokasikan
dibelakang mata user, yang kemudian
akan dikembangkan metode pada dua bagian mata, iris dan retina untuk tingkat
identifikasi yang lebih baik, kemudian menyimpan data retina tiap-tiap user
dengan sebuah kameravideo ke dalam sebuah template,
yang ketika user tersebut mencoba
akan membandingkan data yang tersimpan pada template dengan pembacaan retina
yang masuk.
4. DNA
(Asam Deoksiribonukleat) scanning.
Metode ini
adalah pengenalan bentuk karakteristik DNA sebagai senyawa polimer yang
menyimpan semua informasi tentang genetika kemudian menyimpan data DNA
tiap-tiap user ke dalam template. Hasil aplikasi dari Teknik PCR (Polymerace
Chain Reaction) inilah yang dikatakan Pengenalan DNA atau DNA Scanning yang berbeda-beda inilah yang
akan kita bandingkan dengan data DNA pada template.
Sedetailnya, silakan Anda baca buku karya Suhartono &
Totok Chamidy, 2007. Rahasia Al-Quran
dalam Biometric, Malang: UIN Malang Press.
[1]
Faidur Rochman, Kompetensi Jurusan dalam Mengintegrasikan Wacana Sains,
Teknologi, dan Keislaman. Makalah disajikan dalam Lokakarya Kurikulum Berbasis
Kompetensi Fakultas Saintek UIN Malang (UIN Malang:13 Agustus 2004), hlm.17
[2]
ibid
[3]
Harun Yahya, Biomimetika: Mengambil Ilham
dari Desain Makhluk Hidup, hlm.1
[4]
ibid
[5] Ibid, hlm. 2
[6]
Ibid, hlm 4
[7]
Sutarno, 3D Face Recognition Using
Longitudinal Section and transaction. Makalah (Magister Teknik Elektro ITB:
2004) hal 6
0 komentar:
Posting Komentar