Jumat, 22 Agustus 2014

Biometric dalam Al-Quran




Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal
(QS.Al-Maidah :31)
Alam ini sesungguhnya adalah laboratorium besar yang digelar Allah untuk kita praktikum, berupa tafakur mengenal sunnatullah yaitu tentang fenomena alam. Yang dapat kita contoh bahwa seelum ilmuwan memulai suatu proyek baru, mereka biasanya mencari model pada makhluk hidup, dan meniru system dan desain makhluk hidup tersebut[1]. Dengan kata lain, ilmuwan mengamati dan mempelajari rancangan-rancangan yang diciptakan oleh Allah di alam, setelah terilhami olehnya, mereka pun lalu mengembangkan teknologi baru, sebagaimana yang difirmankan Allah pada QS. Yunus: 101.
Katakanlah: “Perlihatkanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (101).
Kita disuruh mengamati alam sekitar kita dan pengamatan tersebut harus menjadikan kita semakin mengenal Mahabesar Allah dan semakin membutuhkan Allah. Ini sesuai dengan ayat pertama yang turun kepada Nabi, yaitu kita disuruh iqra’ pada sunnatullah di ala mini, yaitu membaca dan menulis, sebagaimana yang difirmankan Allah pada QS. Al-‘Alaq: 1.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (1)
Maka, disamping mendapatkan banyak pelajaran, kita semakin mengenal Mahabesarnya Allah, sehingga semakin bersyukur, yang dapat memperoleh ilham berupa ide-ide kea rah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru[2]. Kasus terbunuhnya manusia pertama, Qabil sedang kebingungan dengan jasad adiknya. Sudah sekian waktu dipanggulnya kesana-kemari, tidak tahu harus bagaimana atau mau diapakan jasad adiknya tersebut. Kemudian, Allah mencontohkan cara menguburkan, sebagaimana dalam QS Al-Maidah ayat 31 di atas.
Pendekatan ini telah melahirkan biomimetics [biomimetika], cabang baru ilmu pengetahuan yang mencoba meniru makhluk hidup. Baru-baru ini, cabang ilmu pengetahuan ini telah diterapkan dalam dunia teknologi secara luas. Biomimetika mengacu pada seluruh bahan, perlengkapan, cara kerja, dan system yang dibuat manusia untuk meniru system yang ada di alam. Masyarakat ilmiah kini merasakan kebutuhan yang sangat besar terhadap perangkat semacam itu, khususnya dalam bidang nanoteknologi, teknologi robot, kecerdasan buatan, kedokteran, dan militer. Biomimikri pertama kali dikemukakan oleh Janine M. Benyus, seorang penulis dan pengamat ilmiah dari Montana. Gagasan ini kemudian dikaji oleh banyak orang dan mulai dapat diterapkan dalam sejumlah hal[3].
Cara kerja dan rancangan makhluk hidup di alam yang mengagumkan ini, sebagian kecil di antaranya telah kita sebut, berkemungkinan dikembangkan untuk memperkaya teknologi di berbagai bidang. Kemungkinan pengembangan ini menjadi semakin tampak nyata seiring dengan semakin bertambahnya perbendaharaan pengetahuan dan sarana teknologi kita[4].
Para ilmuwan takjub ketika menghadapi kenyataan bahwa rancangan bangun dan system yang mereka temukan, tak tertandingi seiring dengan bergantinya hari. Mereka mewujudkan kekaguman ini dan menjadi terilhami untuk membuat beragam teknologi baru untuk kemaslahatan umat manusia. Sadar bahwa system yang sempurna dan teknik luar biasa yang sudah ada di alam jauh lebih hebat daripada pengetahuan dan kecerdasan mereka sendiri, mereka menjadi paham tentang cara-cara pemecahan yang tak tertandingi terhadap masalah yang telah ada. Kini, para ilmuwan berpaling kepada penggunaan rancangan-rancangan yang ada di alam untuk memecahkan permasalahan yang sulit ditangani selama bertahun-tahun. Alhasil, mereka mungkin akan meraih keberhasilan dalam waktu sangat singkat. Terlebih lagi, dengan meniru makhluk hidup di alam, para ilmuwan sangatlah diuntungkan dalam hal waktu dan tenaga, dan juga penggunaan sumber-sumber bahan yang tepat sasaran[5].
Oleh karena itu, hal ini membuktikan bahwa penciptaan Allah tak bercelah dan tak tertandingi, sebagaimana yang difirmankan Allah pada QS. Al-Hasyr: 24.
Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai Asmaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (24).
Di abad ke-19, alam hanya ditiru dalam hal keindahannya. Seniman dan arsitek di masa itu terpengaruh oleh alam dan menggunakan contoh-contoh penampilan luar rancangan bangunan tersebut dalam karya-karya mereka. Akan tetapi, pemahaman akan rancangan di alam yang luar biasa dan kemungkinan dimanfaatkan umat manusia, hanya dimulai di abad ke-20 dengan pengkajian mekanisme alamiah di tingkat molekuler. Para ilmuwan kini tengah belajar dari makhluk hidup, sebagaimana yang diwahyukan Al-Quran 1.400 tahun lalu[6].
Jenis Biometric Authentification
Authentification adalah hal yang sangat penting untuk indentifikasi, namun sudah banyak teknologi yang diterapkan untuk menjaga keautentikan tersebut. Akan tetapi, dalam pelaksanaan dan penerapannya, banyak kendala yang dihadapi dan masih kurang memberikan perlindungan yang aman. Teknologi biometric menawarkan autentifikasi yang secara biologis memungkinkan system dapat mengenali penggunaannya lebih tepat. Terdapat beberapa metode, diantaranya:[7]
1.       Pengenalan sidih jari
Metode ini adalah merekam karakteristik sidik jari yang spesifik, kemudian menyimpan data dari tiap-tiap user ke dalam sebuah template, yang ketika user tersebut mencoba, akan membandingkan data yang tersimpan pada template dengan pembacaan sidik jari yang masuk.
2.       Pengenalan wajah
Metode ini adalah pengenalan bentuk-bentuk dan posisi dari cirri-ciri wajah seseorang, kemudian menyimpan data wajah tiap-tiap user dengan sebuah kamera video ke dalam sebuah template, yang ketika user tersebut mencoba akan membandingkan data yang tersimpan pada template dengan pembacaan wajah yang masuk.
3.       Pengenalan Retina
Metode ini adalah pengenalan bentuk retina dan lapisan-lapisan pembuluh yang dialokasikan dibelakang mata user, yang kemudian akan dikembangkan metode pada dua bagian mata, iris dan retina untuk tingkat identifikasi yang lebih baik, kemudian menyimpan data retina tiap-tiap user dengan sebuah kameravideo ke dalam sebuah template, yang ketika user tersebut mencoba akan membandingkan data yang tersimpan pada template dengan pembacaan retina yang masuk.
4.       DNA (Asam Deoksiribonukleat) scanning.
Metode ini adalah pengenalan bentuk karakteristik DNA sebagai senyawa polimer yang menyimpan semua informasi tentang genetika kemudian menyimpan data DNA tiap-tiap user ke dalam template. Hasil aplikasi dari Teknik PCR (Polymerace Chain Reaction) inilah yang dikatakan Pengenalan DNA atau DNA Scanning yang berbeda-beda inilah yang akan kita bandingkan dengan data DNA pada template.

Sedetailnya, silakan Anda baca buku karya Suhartono & Totok Chamidy, 2007. Rahasia Al-Quran dalam Biometric, Malang: UIN Malang Press.


[1] Faidur Rochman, Kompetensi Jurusan dalam Mengintegrasikan Wacana Sains, Teknologi, dan Keislaman. Makalah disajikan dalam Lokakarya Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Saintek UIN Malang (UIN Malang:13 Agustus 2004), hlm.17
[2] ibid
[3] Harun Yahya, Biomimetika: Mengambil Ilham dari Desain Makhluk Hidup, hlm.1
[4] ibid
[5] Ibid, hlm. 2
[6] Ibid, hlm 4
[7] Sutarno, 3D Face Recognition Using Longitudinal Section and transaction. Makalah (Magister Teknik Elektro ITB: 2004) hal 6

0 komentar:

Posting Komentar

NASYID & RELIGI ISLAMI


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
 
Free Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design