“Hai
manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah sesuatu pencipta
selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan
bumi? Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, maka mengapa kamu
berpaling (dari ketauhidan)?”
(QS. Fathir [35]: 3)
Kenikmatan Dunia
Nikmat
melihat dan menyaksikan keindahan warna-warni alam dunia telah
dirasakan karena kita diberikan kedua pasang mata sebagai indra
penglihatan.
Nikmat
mendengar dan mendengarkan suara-suara kehidupan alam dunia telah
dirasakan karena kita dititipkan kedua pasang telinga sebagai indra
pendengaran.
Nikmat mencium berbagai bebauan alam dunia telah dirasakan karena kita punya hidung sebagai indra penciuman.
Nikmat
berpikir dan memikirkan segala hal fenomena kehidupan alam dunia dapat
dilakukan karena kita punya otak sebagai “piranti sentral” pengendali
segala sistem syaraf tubuh yang berhubungan langsung dengan sistem
inderawi serta untuk segala hal yang berhubungan dengan akal/kecerdasan
dan ilmu pengetahuan.
Nikmat
fisik dalam berinteraksi dengan dunia materi sehinga kita bisa
melakukan apa saja sesuai fungsi tubuh atau raga ini seperti peka
terhadap sentuhan (indra kulit/perabaan), bergerak, menikmati kelezatan
makanan (indra lidah/Pengecapan), mencerna makanan, berkomunikasi,
berekspresi dan lain sebagainya. Sebagaimana diketahui, tubuh kita
sebagai media/ wadah bersemayamnya Ruh kita.
Nikmat merasa dan merasakan segala hal dalam kehidupan. Karena kita dianugerahi hati sebagai “solftware” yang mampu menyimpan, menyerap, mempertimbangkan segala informasi yang diterima itu baik atau buruk.
Sebuah Refleksi Kehidupan Dunia menuju Kehidupan Akhirat
Mataku dan Pesona Dunia
“Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di
segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa al-Quran itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa
Tuhanmu menjadi saksi atas segela sesuatu?”
(QS. Fushshilat[41]: 53)
Dengan
mata ini, keunikan warna-warni kehidupan di segala penjuru kita
saksikan, cakrawala biru berselimut awan membumbung tinggi, hamparan
relief bumi mulai dari lembah, lereng bukit yang terjal berbatu,
pegunungan hijau kebiru-biruan tampak dari kejauhan, burung-burung
terbang hilir mudik, panorama alam yang memukau hati bahkan menyentuh
jiwa.[1]
Di perkotaan kita saksikan hiruk-pikuk kendaraan, kesibukan orang
masing-masing, beragam tayangan visual baik di media massa maupun media
elektronik mampu menyita perhatian kita sehari-hari, sehingga terkadang
membuat pikiran dan perasaan kita hanya tertuju pada hal-hal duniawi
seperti iklan-iklan, film-film fantasi/khayalan, gosip-gosip/infotaiment
selebritis yang memukau, beragam berita kriminal, mistik dan horor,
komedi dll. Belum lagi mata kita dijejali dan dikotori dengan
visual-visual kostum minim, vulgar dan porno berhiaskan godaan
seksual/sensualnya bagian tubuh manusia dengan dalih seni/artistika mode
modern. Semua itu membuat mata tak mau berkedip. Sadarkah kita bahwa
nikmat mata yang selama ini kita gunakan untuk melihat dunia ini adalah
atas seizin Tuhan, tapi mengapa malah disalahgunakan untuk melihat
hal-hal yang dilarang dan dimurkai-Nya?... Apakah menunggu kita sakit
mata, merah meradang, lalu penglihatan kabur, bertambah sakit dan perih,
syaraf mata ke otak tak berfungsi, akhirnya buta ?..saat itu mata ini
tak bisa lagi melihat dunia untuk selamanya, barulah menyadari betapa
pentingnya menjaga mata dari kemilau dunia. Tak mustahil bagi Allah swt.
mencabut fungsi indra penglihatan kita detik ini juga. Mata ini kamera
tercanggih milik-Nya, kita cuma dipinjamkan lalu dipergunakan untuk
melihat dan menyaksikan keagungan-Nya.
Hanya
mereka yang ikhlas dalam beriman dan bertaqwa kepada-Nya yang dapat
mensyukuri nikmat mata dan mampu menjaganya dari segala godaan dunia.
Semoga kita termasuk golongan hamba yang tau berterima kasih (bersyukur)
kepada Tuhan.
Setajam-tajamnya
mata, sejernih-jernih penglihatan masih punya keterbatasan. Sehingga
untuk menikmati, mengamati, membaca segala hal di dunia ini, mata kita
perlu alat bantu. Seiring kecanggihan zaman, beragam alat optik
diciptakan untuk memuaskan indra kita yang satu ini, seperti teropong
bintang sehingga kita dapat menyaksikan kemegahan dan kekuasaan Tuhan
pencipta miliaran galaksi dan benda-benda angkasa lainnya, teropong bumi
membuat kita seolah dekat dengan objek jauh, kaca mata memudahkan dan
mempertajam penglihatan kita saat membaca/melihat, mikroskop membantu
mata kita untuk menyaksikan keunikan dunia mikroorganisme. Kamera foto
dan video sehingga kita bisa mengabadikan foto/video pribadi dan
keluarga di saat moment-moment penting dalam hidup kita, bahkan membuat
film kehidupan, yang kemudian dijadikan pelajaran setelah menontonnya.
Tidaklah berlebihan menurut hemat saya, mata adalah kamera tercanggih
yang mampu menangkap informasi visual objek di sekitarnya dengan
sempurna, namun mata tidak bisa melihat objek tanpa pantulan cahaya pada
objek. Begitu juga, jika cahaya yang masuk ke mata terlalu banyak,
terlalu terang, objek tidak bisa diproyeksikan pada retina dan cahaya
itu bisa merusak syaraf mata. Jika cahaya yang menyilaukan itu masuk ke
mata, spontanitas kelopak mata kita berkedip dan pupil (anak mata)
menyempit. Melalui mata, Allah swt. mengajarkan kepada kita bahwa secara
fitrah kita tidak mau silau dengan kehidupan dunia. Sebab
kemilau/gemerlapnya dunia itu ilusi dan fantasi semata efeknya bisa
memerusak, bahkan menghalangi kita untuk bisa melihat secara sempurna
hakikat kehidupan yang sebenarnya. Akibat silau dunia, mata fisik dan
mata hati jadi buta melihat hakikat kebenaran.[2]
Sayang, tak selamanya dunia ini terlihat indah dan megah di depan mata, sebab kelak semuanya akan musnah, hancur dan binasa.[3]
Segala alam materi akan hancur saat kiamat tiba, tak ada lagi
keindahan. Begitu juga dengan diri kita, ketika mata ini mulai kabur
akibat dimakan usia, berpenyakit sehingga tak berfungsi sebagaimana
mestinya, lambat laun penglihatan semakin payah, bahkan mengalami
kebutaan, hari-hari hanya berselimut kegelapan, tak ada bedanya lagi
siang dan malam, pada akhirnya menutup mata untuk selamanya.[4]
Kasus aksi kriminal seseorang sering tertangkap kamera CCTV dan hal itu
kembali di tayangkan di tv lalu Polisi melacak identitas si pelaku
akhirnya ia ditangkap untuk kemudian diadili sesuai perbuatannya. Hal
itu mengingatkan kita pada pengawasan Tuhan di setiap detik dan
gerak-gerik kita masing-masing.[5]
Tak terbayang bagaimana setelah kematian kelak, semua perbuatan baik
dan buruk selama di dunia akan diperlihatkan kembali (replay).[6]
Dengan kata lain film kehidupan kita masing-masing akan diputar kembali
di hadapan kita. Kita tidak bisa menghindar / membela diri
dihadapan-Nya karena selain kedua malaikat yang selalu mencatat[7] bukti baik dan buruk amal kita, tangan dan kaki juga akan menjadi saksi atas apa yang dilakukan selama di dunia.[8] Semuanya akan diperhitungkan dan dipertanggungjawabkan di Mahkamah persidangan teragung dihadapan Tuhan Yang Maha Adil.
Telingaku dan Bebunyian
Hanya
orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan
orang-orang yang mati, kelak akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian
kepada-Nya mereka dikembalikan
(QS. Al-An’am[6]: 36).
Dengan
Telinga kita bisa menikmati kemerduan suara burung berkicau di pagi
hari, riak air sungai mengalir, kumandang adzan di subuh hari, keindahan
bacaan Al-Quran, suara-suara dzikir hamba Allah, gema tasbih, tahmid,
tahlil di setiap penjuru, alunan nada dan nyanyian diiringi bunyi
simfoni alat musik menambah kepuasan dan kebahagiaan tersendiri dalam
hati.[9]
Tuhan menciptakan sepasang telinga mengandung pesan untuk kita bahwa
kita mesti lebih banyak mendengarkan. Yaitu dalam kesunyian dan
keheningan kita mampu mendengarkan pesan-pesan kebaikan dari suara
nurani terdalam atau nasehat-nasehat bijak yang mengandung pelajaran
terbaik untuk kehidupan.[10]
Namun kita juga diajarkan untuk bersedia mendengarkan keluh kesah orang
lain agar bisa memahami dan mau mengerti kesulitan/penderitaan orang
lain sehingga mendorong hati kita untuk membantu sesama baik sekadar
ucapan nasehat/motivasi maupun bantuan lainnya.
Namun sayang, di tengah gempuran modernitas dan globalisasi dari Perkotaan hingga Pedesaan. Kita terkadang latah, plinplan
dengan situasi dan kondisi tertentu. Telinga/kuping ini banyak
terpengaruh oleh suara-suara kemunafikan. Terbuai dengan
nyanyian-nyanyian keputusasaan, kebimbangan, kegalauan dan kemesuman.
Telinga kita seolah-olah akrab dengan obrolan seputar gemerlapnya dunia,
candaan, celaan dan kepongahan yang menggila, gurauan kotor/jorok
bernuansa seks/syahwat, cerita-cerita/kisah-kisah fiktif belaka.[11]
Lambat laun, setiap apa yang kita dengar sudah dianggap hal yang biasa,
bahkan disadari atau tidak kita mulai menyenangi hal itu. Kebiasaan
mendengarkan hal-hal yang dianggap biasa dianggap sah-sah saja
didengarkan, maka berdampak pada perubahan pola pikir dan tingkah laku.
Artinya pikiran,perasaan dan tingkah laku kita bisa dikhawatirkan
mengikuti hal-hal yang kita dengar. Mendengar celotehan/ocehan para
pelawak yang menggila di depan panggung sandiwara eh malah diikuti gaya
bicara dan tingkah laku si pelawak oleh sebagian orang lalu dijadikan
kebiasaan sehari-hari di dalam bergaul, sungguh aneh dan miris. Saking
nge-fans-nya dengan pelawak
yang jadi artis ngetop dan terkenal itu, akibat bisikan setan muncul
angan-angannya untuk menjadi pelawak dan artis.[12]
Obsesinya yang belum kesampaian itu langsung dipraktekkan dalam
kehidupan rill. Sehingga kehidupannya dipenuhi dengan canda dan tawa/
sendau-gurau, ada kepuasan tersendiri saat ia sengaja berprilaku bodoh,
aneh dan menyimpang agar menjadi bahan tertawaan orang lain di
sekitarnya, seakan-akan tak ada rasa bersalah dalam dirinya bahwa ia
telah mengajarkan banyak hal yang tidak baik kepada orang lain, apalagi
ketidakseriusan dan ketidakwibawaannya sebagai figur yang seharusnya
pantas dicontoh, baginya hidup itu mesti dinikmati dengan cara demikian.
Sabda Nabi saw., “Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui,
niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis” (Muttafaq
‘alaih).
Malah yang sangat memalukan, memilukan dan menyesatkan adalah ketika agama dijadikan sebagai bahan tertawaan dan sendau-gurau.[13]
Jika kita memilih cara hidup ikut-ikutan begitu, jelas kita sudah
terjerumus pada perbuatan bodoh yang sia-sia dan melalaikan. Apakah kita
bisa menjamin jika kehidupan demikian bisa jauh dari gaya hidup glamor,
membanggakan diri, lupa daratan, boros dan tamak harta, tahta serta
gila wanita ?... Siapa yang bisa menjamin diri ini bahwa esok hari masih
bisa mendengarkan kokokan ayam jantan di pagi buta ?...atau kicauan
merdu burung-burung, sehingga kita masih dapat membuka mata ?...
Sejatinya,
tak ada yang tau kejadian esok hari, begitu juga batas usia kita di
dunia ini. Bisa saja hari ini lagi asyik mendengarkan musik-musik atau
nyanyian-nyanyian gila dan berisik, sampai-sampai berteriak-teriak
histeris sambil berjingkrak-jingkrak di atas pentas atau ditengah
kerumunan penonton. Namun esok harinya dibacakan surah Yasin dan
do’a-do’a ditelinga jasadnya yang telah kaku dan terbungkus kain kafan.
Hidungku dan Wewangian
‘Anjuran
untuk menggunakan wewangian hingga pengharum tradisional dan modern
seperti bunga-bungaan hingga dupa kemenyan dan aromatherapy untuk
berbagai kegiatan yang membutuhkan gelombang alfa dan theta yang
khidmat.’ (Erbe Sentanu)
Bayangkan
apa jadinya jika seseorang atau anda terlahir cacat tanpa hidung dan
lobang hidung, sehingga kesulitan bernapas. Jangankan menghirup udara
segar, untuk berbicara saja sulit, akibat sirkulasi udara saat berbicara
tertahan di rongga hidung sehingga ucapan vokal kurang jelas. Tapi Maha
dahsyatnya Allah swt. Tuhan yang Maha Sempurna dari segala kecacatan
menciptakan manusia dengan kesempurnaan bentuk fisik dan psikis.
Bersyukurlah bagi kita yang terlahir ke alam dunia ini tanpa cacat baik
fisik maupun psikis. Hidung didesain sedemikian rupa oleh Allah swt.
membuat kita mudah menghirup udara segar (Oksigen). Dengan lobang dan
rongga hidung yang kita miliki saat ini memudahkan sirkulasi udara masuk
dan keluar yang terkadang tanpa kita sadari atau ambil peduli.
Rambut-rambut halus pada lobang hidung dan selaput lendir di dalam
rongga hidung berfungsi menahan partikel debu yang terdiri dari beragam
makhluk mikroorganisme berbahaya bagi kekebalan sistem tubuh. Kadang
kita baru terpikir akan nikmat hidung ini, jika kita menderita penyakit
influenza (filek). Hidung mampet, bersin-bersin, berair, beringus sangat
sengsara untuk bisa bernapas. Sehingga kita terpaksa membuka mulut agar
udara bisa lebih banyak masuk ke paru-paru, namun apa yang
terjadi?..bernapas lewat mulut cukup berbahaya, karena tanpa filter
sebagaimana yang ada di dalam rongga hidung. Bisa saja tanpa disadari,
virus/bakteria menyusup masuk hingga ke paru-paru dan paru-paru
mengalami peradangan, malah dada kita terasa nyeri dan semakin sesak
bernapas.
Kemampuan
hidung kita mendeteksi bebauan apa saja yang tercium di udara, membuat
kita bisa merasakan sensasi yang berbeda pada masing-masing bau. Ini
disebabkan kelenjar pembau yang ada di dalam rongga hidung mendeteksi
zat-zat kimiawi dan informasi bau langsung dihantarkan pada syaraf otak.
Sehingga setiap udara yang kita hirup mengandung
zat-zat/partikel-partikel tertentu, jika bau itu tak sedap dan asing,
tubuh kita spontanitas merespon dan seketika itu kita bersin/menutup
lobang hidung kita dengan tangan. Kita bisa mencium harum semerbak
bunga-bunga di taman, bau rerumputan hijau yang masih basah, berbagai
wangi parfum dicium saat kita ingin memilih dan membeli parfum favorit
di toko, atau bau masakan ibu/istri di rumah yang menggugah selera.
Bahkan dengan nikmat indra penciuman ini, bermacam-macam produk
kosmetika aroma terapi dijual guna memanjakan dan memudahkan kita dalam
memberikan kesegaran fisik maupun relaksasi psikis. Selain itu, masih
banyak produk-produk yang kita gunakan dalam keseharian yang erat
kaitannya dengan hidung/penciuman seperti segala sabun/bahan pembersih,
pewangi ruangan, hingga dupa/stanggi (wewangian bakar) yang secara
tradisi digunakan untuk upacara kematian.
Secara
fitrah, manusia menyenangi wewangian, sebab wangi dan harum itu simbol
kebaikan, kemurnian dan kebersihan. Kita tau, wewangian itu dibuat dari
ekstrak (saripati) tumbuh-tumbuhan tertentu yang mengalami beberapa kali
penyulingan sehingga menghasilkan minyak esensial yang wangi, murni dan
bersih. Dengan kata lain, hakikatnya kita suka dengan hal-hal yang
baik. Salah satu hal yang paling disukai Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam
adalah wewangian. Menjadi kesunnahan bagi para pria muslim memakai
wewangian sebelum shalat. Sebaliknya, kita pasti tidak menyukai bahkan
menghindari hal-hal yang busuk, sebab busuk itu simbol
keburukan/kejahatan dan hal yang kotor. Siapapun pasti muak dan jijik
dengan WC yang kotor, lantai dan closet-nya penuh dengan kotoran berbau busuk, pesing menyengat hidung, lalat-lalat beterbangan dan mengerumuninya.[14]
Atau hanya orang yang tidak waras akalnya yang mau makan makanan busuk,
basi dan kotor, jika ada orang waras memaksakan diri memakannya niscaya
ia akan muntah. Sedangkan kita diperintahkan untuk memakan makanan yang
halal dan baik zat serta sumbernya.[15]
Siapa yang mau berteman dengan orang yang dekil/kumal, bau, jarang
mandi dan jorok ?...mending berteman dengan teman penjual minyak wangi,
meski tidak membeli minyak wanginya tubuh kita ikut wangi. Pantas saja
tempat-tempat yang jauh dari bersih menjadi tempat favorit bersarangnya
para setan.[16]
Begitupula
kehidupan setelah kematian, bagi mereka yang istiqamah menjaga
kewangian dan kesucian dirinya baik jasmani dan Ruhani maka surgalah
tempat mereka yang paling baik dan harum. Sedangkan mereka yang asyik
bergelimang lumpur dosa yang membusukan diri dan jiwanya hingga ajalnya
maka tidak ada pilihan lain, Nerakalah tempat penampungan yang paling
buruk dan busuk.
Otakku dan Akal pikiran
Dan
(Al-Quran) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar
mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia
adalah tuhan Yang Maha Esa, dan agar orang yang berakal mengambil
pelajaran. (QS. Ibrahim[14]: 52.
Ibarat sebuah komputer, otak kita adalah hardware (perangkat keras) pengolah data/informasi yang diterima dari panca indra. Sedangkan software-nya (perangkat lunak) adalah akal pikiran.[17]
Miliaran sel syaraf pada otak diciptakan semenjak kita masih berupa
janin dalam kandungan ibu. Sel-sel syaraf itu beraktifitas tiada henti
menerima dan menghantar informasi dari simpul syaraf ke simpul syaraf
lainnya sehingga bisa direspon oleh sistem-sistem lain pada tubuh kita.
Susunan sistem pada sel-sel syaraf sedemikian rumit namun itulah
kedahsyatan Allah swt. dalam mencipta, hal yang demikian mudah bagi-Nya.
Atas kehendak dan perintah dari-Nya sel-sel syaraf yang sangat halus
melakukan pekerjaan rumit menghubungkan informasi sesuai dengan
tempatnya layaknya operasi sebuah tim yang sistematis dan terencana
dalam organisasi. Inilah program tercanggih yang dimiliki manusia yang
diciptakan secara gratis oleh Allah Yang Maha Jenius. Meski otak kita
telah diprogram Allah swt. kita tidak seperti robot yang tidak
mengetahui dirinya sendiri atau menunggu perintah barulah berbuat. Kita
diberikan kebebasan dalam berpikir/memikirkan segala hal bahkan secara
mandiri menentukan pilihan mana yang terbaik bagi diri kita. Tapi
sayang, kebebasan berpikir yang diberikan sering disalahartikan dan
disalahgunakan sehingga banyak di antara kita yang keliru dan sesat
pemikirannya. Ia lebih memilih menjalani kehidupan di dunia dengan
sebebas-bebasnya, yaitu bebas berbuat apa saja yang penting
hasrat/segala keinginan terpuaskan meskipun harus melanggar dan
menginjak kebebasan orang lain alias egois (hanya mementingkan diri
sendiri). Ia bebas beragama/menganut suatu kepercayaan tanpa tuntunan
dan panutan yang jelas, menipu, mencuri, merampok, korupsi, berzina,
membunuh, berjudi, mabuk-mabukan dengan miras dan narkoba dll. Padahal
semua itu adalah jalan-jalan/langkah-langkah setan yang menggiring
mereka menuju ke pintu gerbang neraka.[18] Mereka yang terpedaya oleh bujuk rayu setan itu sangat dilaknat Allah swt., para malaikat, dan seluruh makhluk-Nya.[19]
Bagi
mereka yang menggunakan akalnya untuk memikirkan kebesaran dan
keagungan Allah Maha dahsyat berupa ayat-ayat/isyarat-isyarat qauliah
dan kauniyah baik yang ada pada diri mereka maupun yang tersebar di alam
semesta.[20]
Otaknya digunakan untuk berpikir, berdzikir, mentafakkuri segala
fenomena kehidupan. Hasil dari tafakur itu ia jadikan sebagai pelajaran
dan bekal untuk mempersiapkan diri pada kehidupan mendatang yakni
akhirat yang kekal abadi. Sudah semestinya kita mengambil jalan ini
sehingga kita ditetapkan oleh Allah swt. sebagai calon penghuni
surga-Nya yang keindahan, kemegahan dan kenikmatannya tak terbayang
dalam pikiran jin dan manusia.
Tubuhku dan Dunia Materi
“Apa
pun (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan
hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih
baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada
Tuhan mereka bertawakal,” (QS. Asy-Syura[42]: 36).
Aku
terdiam sejenak saat di depan cermin besar, kutatap wajahku hingga
sekujur tubuhku. Dulu aku hanya sperma ayah yang berhasil berjuang
menerobos ovum ibu.[21] Kian hari aku tumbuh besar wajahku dari tahun ke tahun mengalami perubahan.[22] Maha suci Dia yang menciptakanku tanpa cacat sedikitpun.[23] Bibirkupun berucap, “Allahumma hassanta khalqi fahassin khuluqi”
Ya Allah Engkau telah membaguskan rupa wajahku, maka baguskanlah
akhlakku”. Bersyukurlah bagi kita yang dilahirkan tanpa cacat fisik.
Namun bukan berarti bagi mereka yang ditakdirkan memiliki kecacatan
secara fisik itu tidak lebih baik dari kita. Masing-masing memiliki
kekurangan dan kelebihan dari sisi yang berbeda. Banyak di antara mereka
yang fisiknya cacat namun semangat juang dalam menjalani kehidupan dan
jiwa kreatifitasnya melebihi kita yang memiliki fisik normal.
Bicara
soal fisik, zaman sekarang tak jauh dari soal materi yang bersifat
kemewahan duniawi. Sabda Nabi saw., “Sesungguhnya di antara yang saya
khawatirkan atas kamu sepeninggalku nanti, adalah terbukanya untuk
kalian kemewahan dan keindahan dunia.”[24]
Berbagai produk kecantikan/kosmetika yang diciptakan dan dikomersilkan
guna memenuhi kebutuhan akan perawatan wajah/tubuh ini. Bahkan banyak di
kalangan selebritis rela mengeluarkan uang yang banyak untuk sekedar
membiayai mik-up/tata rias wajah dan fashion mereka dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Lalu sebagian orang cenderung mengikuti penampilan
sang idolanya yang sering tampil di layar kaca meskipun uang yang
dipunyai pas-pasan. Ada keinginan selalu tampil beda dalam setiap
situasi dan kondisi, kehidupan yang boros/berlebihan dan gaya hidup
mewah, glamor sudah menjadi hal yang biasa, yang penting dirinya banyak
disenangi dan dipuji orang lain. Mereka tidak segan-segan memamerkan
pernak-pernik/perhiasan yang dipakai, bahkan mempertontonkan kecantikan
wajah, kemolekan tubuh yang langsing, kulit mulus dan seksi bagi wanita.
Para prianya juga tak kalah saing, cuma gara-gara terobsesi dengan
tampang ganteng, macho para model dengan tubuh atletis pada salah satu
iklan produk khusus pria, cowok-cowok pada sibuk fitnes, olahraga,
minum suplement agar bisa punya body kekar dan keren. “So pasti
cewek-cewek pada nempel” begitu kata mereka. “Klo udah nempel tu cewek,
eh…si cowok malah habis-habisan diperas ibarat parasit, lalu si cowok
yang awalnya kekar dan macho malah mengidap KANKER (kantong kering) dan
kurus kering, agar si cowok tidak sempat balas dendam, si cewek dalam
diam membunuh si cowok malang itu.[25]
“Kalo udah gitu si cewek pun kabur menghilang tanpa jejak. Sebaliknya,
lebih berbahaya lagi buat cewek-cewek lugu yang “terhipnotis” oleh
buaian mulut manis, gombalan para cowok ganteng berkumis, atletis dan
romantis serta rayuan kiss yang fantastis, kamu yang cewek pun jadi klepek-klepek
kayak fish. Gak tau deh si dia berduit atau cuma pura-pura berduit,
modal harta jadi senjata. “Bisa-bisa kamu yang cewek akan kehilangan
kegadisanmu, kamu akan dinodai sejadi-jadinya hingga si cowok bejat itu
benar-benar merasa puas menikmati manisnya tubuhmu berulang kali.
Bahkan dirimu bisa is dead/koit (mati) menahan sakit akibat perlakuan kasar dan penganiayaan si cowok bernafsu binatang itu. Sangat Tragis.[26]
Beda kalo cewek-cewek muslimah berjilbab itu cuma senang sama
cowok-cowok yang ber-DUIT (ber-Doa, ber-Usaha, ber-Ibadah dan
ber-Tawakal) dibandingkan sama cowok-cowok KERE (Kering-kerontang
imannya).[27]
Memang
menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga, memperhatikan asupan gizi
makanan yang seimbang, serta istirahat yang cukup dan gaya hidup yang
sehat itu sangat dianjurkan agar tubuh dan pikiran kita tetap fit dan
fresh saat beraktifitas sehari-hari. Tapi apalah artinya tubuh keren
atau body seksi jika gaya hidup (life style)
yang dipilih tidak sehat yakni hura-hura dan foya-foya. Sebagian besar
waktu mereka habiskan di nigh club, dugem, disco, pesta narkoba, free sex,
dan lainnya. Tentu berkunjung ke tempat maksiat seperti itu hanya dalam
sesaat uang cepat habis. “Hidup itu mesti dinikmati, kapan lagi..selagi
kaya ya.. gak papa foya-foya dikit..” Begitu ujar mereka. “Dikit
katanya, ya..bagi mereka uang jutaan rupiah itu masih sedikit, maklum
kata orang ka-ya.., kaya duit tapi miskin jiwanya. “Sedikit-sedikit
lama-lama jadi..pelit” kok bisa?..ya iyalah..semakin banyak duit keluar,
semakin sedikit jumlahnya, ia tak lagi kaya, udah dikit baru pingin
ngemat duit, ia memilih bersikap pelit. Punya utang melilit, kadang
pikiran tulalit. “Waah…pengalaman jadi orang pelit ya..? cuit-cuiiiit”.
Maksud lho..?
Islam
tidak melarang kita untuk kaya, bahkan memotivasi kita untuk kaya.
Bagaimana tidak, agar bisa istiqamah membayar zakat, berinfaq, sedekah,
menafkahi keluarga, menyantuni anak yatim dan fakir miskin, pendidikan
agama anak-anak, membangun masjid/pesantren, mensyiarkan/mendakwahkan
agama Islam, berangkat umrah/haji ke tanah suci dan lainnya itu perlu
biaya yang tidak sedikit dan itu semua akan terwujud jika kita punya
banyak uang dan harta. Ippho Santosa (2010: 78-81) mengatakan, Tuhan
sendiri mempunyai sifat Maha kaya (Al-Ghani) dan Maha Mengayakan (Al-Mughni).
Nah, sebagai hamba-Nya, manusia diwajibkan meniru sifat-sifat-Nya. Ini
bermaksud, manusia harus kaya dan harus mampu mengayakan orang lain.
Bukankah selama ini manusia menjadi pengasih, bijaksana, dan adil karena
meniru sifat Maha Pengasih, Maha Bijaksana, dan Maha
Adil?..Ngomong-ngong, tahukah Anda, cara paling sederhana untuk
mengentaskan kemiskinan? Yap, dengan memastikan diri Anda tidak miskin!.
Yang menggelikan, sebagian dari kita begitu pandai berkelit: Aslinya
memang miskin, eh malah mengaku sederhana, aslinya memang lamban, eh
malah mengaku sabar, aslinya memang pasrah, eh malah mengaku ikhlas dan
tawakal, aslinya memang pemalas, eh malah mengaku zuhud dan qana’ah,
aslinya memang tidak sungguh-sungguh melakukan, eh malah ngomong,”inilah
takdir,” aslinya memang tidak berniat melakukan, eh malah
ngomong,”insya Allah.”Padahal tidak sesempit itu makna sederhana, sabar,
ikhlas, tawakkal, zuhud, qana’ah, takdir, dan insya Allah. Kalau cuma
begitu, itu sama saja Anda mengubur dalam-dalam Pelangi Ikhtiar. Mana
boleh?...Kekayaan bukanlah mudharat.
Asalkan: mampu mempertanggung-jawabkan ‘dari mana’ dan ‘ke mana’
kekayaan tersebut serta tetap bersikap rendah hati, sederhana dan
dermawan.[28]
Sejatinya, kita mesti punya motto hidup sekaligus impian: masa muda
hingga tua iman, ilmu, amal ibadah terjaga, di dunia kaya raya tak
terduga, di akhirat masuk syurga dengan lega” Amin.
Berbeda
dengan mereka yang memilih hidup glamor serba mewah itu sibuk dan asyik
dengan kepentingan diri sendiri mereka terpedaya oleh dunia dan tipuan
setan.[29]
Suka menyendiri disaat frustasi (akibat apa yang diinginkan tidak
terpenuhi), di dalam kesendirian setanlah yang menemaninya membisikan
tindakan-tindakan bodoh dan merugikan diri sendiri seperti
menyayat-nyayat/melukai diri, bahkan bunuh diri.[30] Sangat tragis.
Orientasi
hidup manusia di zaman modern ini cenderung mengarah pada hal-hal yang
bersifat kebendaan (matrialistis). Profesor Joad, Guru Besar Filsafat
dan ilmu Jiwa pada Universitas London dalam tesisnya membuktikan bahwa
pemikiran yang mendominasi abad ini adalah prinsip ekonomi yang
menjadikan perut dan kantong sebagai neraca dan barometer untuk mengukur
segalanya.[31]
Apa yang terjadi pada diri mereka yang asyik dengan gemerlap dunia
materi?...hanya kenikmatan sesaat dan kebahagian semu yang didapat.[32]
Jika terus-menerus begitu, kenikmatan dan kebahagiaan itu cepat atau
lambat akan berubah menjadi kesengsaraan dan kehancuran diri selamanya.
Kapan hal itu terjadi ?...ketika mereka tak lagi kaya alias jatuh miskin
akibat ulah mereka sendiri yang sangat boros, jika sudah miskin,
seperti kata pepatah sindiran: sudah hidup melarat berlagak seperti
birokrat, malas memeras keringat minta upah emas berkarat, itu karena
suka meniru Barat, eh..malah senang dibilang keparat, akibat sering
diciduk aparat ia terkenal sebagai penjahat, ketahuan ngembat dikeroyok
massa nyaris sekarat, punya rumah malah minggat, punya penyakit sering
kumat, diajak taat malah bermaksiat dan ikut ajaran sesat, diseru tuk
bertobat malah memakai jimat dan nyembah keramat, tak percaya kiamat itu
dekat, mau tergoda dengan nikmat sesaat, ia lupa hidup di dunia itu
sangat singkat, belum tentu selamat di akhirat. Jika tidak cepat-cepat
bertobat hingga tamat riwayat, ia menjadi makhluk terlaknat dan pasti
masuk neraka bulat-bulat. “Mau…?!”
Belum lagi azab yang ditimpakan kepadanya secara bertubi-tubi.[33]
Ini bukan ancaman, tapi kenyataan yang pernah terjadi dan dialami oleh
bangsa-bangsa terdahulu yang dilaknat dan diazab oleh Allah swt. akibat
dosa dan kemaksiatan mereka.[34]
Jadi jangan salahkan Tuhan, jika terjadi sesuatu yang merugikan bahkan
menyengsarakan bangsa ini. Apakah belum cukup bencana tsunami di aceh,
gempa di jogja, banjir bandang, lumpur lapindo, gunung merapi, longsor,
angin puting beliung dan bencana lainnya yang banyak
menghantam,meluluhlantakkan negeri ini sebagai peringatan bagi sebagian
kita yang masih gemar menimbun dosa dan kemaksiatan?[35]...jangan sampai bencana sudah menimpa diri dan keluarga barulah tersadar akan kesalahan yang diperbuat selama ini.[36]
Jangan seperti Firaun yang baru menyadari keberadaan Tuhan ketika ia
sudah tenggelam dalam lautan. Padahal sebelumnya Firaun membanggakan
diri dan sombong, mengaku dirinya sebagai Tuhan.[37]
Selagi
napas masih ada, jantung masih berdegup, masih ada peluang bertobat
kepada-Nya. Menyesali segala kelalaian diri, menyerahkan jiwa dan raga
sepenuhnya sebab Dia-lah Tuhan yang menciptakan dan menjaga diri ini.
Tunduk, pasrah dan hina dihadapan-Nya, menangis karena telah menzhalimi
diri dengan dosa dan kemaksiatan.[38]
Dia-lah Allah, Tuhan penguasa alam semesta yang menyanyangi setiap
hamba-Nya yang kembali menapaki jalan petunjuk (hidayah) dengan Taubatan Nasuha[39]
(taubat yang sesungguhnya/mensucikan diri dengan memperbanyak amal
sholeh (perbuatan baik) dan tidak mengulangi kesalahan di masa silam).
Hatiku dan Perasaan
“(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah, Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram”.
(QS. Ar-Ra’d[13]: 28)
Pembicaraan soal hati ini mengakhiri bahasan kita kali ini. Hati ibarat singgasana Jiwa (nafs) yang diperebutkan oleh nafsu. Jika nafsu yang menguasai singgasana, maka Jiwa (nafs) akan tersingkirkan, Jiwa (nafs)
seperti terpasung dan dipenjara tak berdaya. Nafsu yang menguasai hati
hanya memperparah kondisi hati, hati menjadi kotor dan rusak. Nafsu
syahwat yang cenderung kotor dan berpenyakit itu bertengger di hati,
maka menempellah penyakit hati, seperti riya’, sombong, membanggakan
diri sendiri (ujub), iri dengki, tamak/rakus, suka berbohong, marah,
nifak, berburuk sangka (su’uzhan),
perasaan benci, dll. Penyakit-penyakit inilah yang membuat hati semakin
lusuh, redup tanpa cahaya bahkan menghitam. Hati tidak bisa lagi
digunakan sebagai tempat mengambil kebijakan. Nafsu yang buta terhadap
buaian dunia tertipu untuk membedakan mana yang benar dan mana yang
salah. Belum lagi dukungan dari musuh terlicik manusia yaitu setan
terhadap nafsu untuk mengikuti langkah-langkahnya menuju Neraka.[40] Jika Jiwa (nafs)
yang terpenjara tidak segera sadar dan bertobat untuk melawan dan
melepaskan diri dari kungkungan nafsu, maka manusia itu benar-benar
celaka dan akan menjadi penghuni neraka selamanya. Selain itu kadar
keimanan seorang muslim dapat diukur kesempurnaannya jika hawa nafsunya
telah tunduk kepada ajaran agama Islam.[41]
Agar
lebih dipahami, mari kita bahas dengan pendekatan ilmu fisika quantum
dan teknologi informasi di zaman ini. Hemat saya, hati itu ibarat solfware penangkap signal di handphone,
atau kartu seluler yang di dalamnya memuat ID, nomor ponsel, pulsa
sehingga dengan itu kita bisa berkomunikasi jarak jauh. Sedangkah Jiwa (nafs) itu seperti listrik pada batrai sehingga LCD HP bisa hidup dan bercahaya. Ruh itu Signal (gelombang elektromagnetik) yang dipancarkan langsung dari sebuah ‘Pemancar’ milik Allah swt. sebagaimana satelit yaitu Lauh Mahfuz yang berfungsi sebagai pusat informasi raksasa.[42] Sehingga tubuh ini (yang diibaratkan casing
dan peralatan komponen dalam HP) menjadi hidup dan bisa digunakan untuk
berkomunikasi kapan dan di manapun kita berada. Nafsu syahwat yang
cenderung pada keburukan & kerusakan sistem itu diibaratkan
virus yang menyusup di saat hati, jiwa, & tubuh berinteraksi
tapi dengan signal ruh yang
lemah koneksinya terhadap zona gelombang Allah swt. sehingga yang
tertangkap adalah gelombang asing berfrekuensi rendah yang dipancarkan
oleh setan. Jika frekuensi gelombang setan semakin mendominasi, maka
terjadi gangguan signal bahkan disconnect
terhadap energi gelombang utama dari Allah swt. Untuk memperkuat
tangkapan frekuensi gelombang Allah swt. kita mesti berada dalam zona
aman gelombang ‘terminal pemancarnya’ yang berfungsi menerima dan
memantulkan gelombang sumber pemancar utama ke segala penjuru alam
semesta (sebagaimana untuk mendapatkan signal,
kita mesti berada pada zona tower pemancar pemilik sebuah perusahaan
seluler) dan untuk bisa koneksi dengan pemancar utama kita mesti
memiliki & menguasai ‘teknologi quantum ikhlas’. Sebab ‘ikhlas’
adalah teknologi masa depan yang canggih (hi-tech), kecanggihan aplikasinya membentuk ‘signal zona ikhlas’ yang bisa di isi langsung dengan ‘voucer-voucer’ yang ditawarkan Allah kepada kita. Bahkan tak terdeteksi oleh gelombang frekuensi asing dari setan.[43] Yang menjadi ‘terminal pemancar’ energi gelombang Allah swt. yaitu: masjid, majelis ilmu, dan ‘voucer amal harian’
+ keuntungan gratis bonus-bonus pahala harian yang berlipat ganda tanpa
batas: ceramah/taushiyah agama, tilawah Al-Quran, adzan, shalat
berjamaah, dzikir, doa, shalawat, amaliyah wajib dan sunnah lainnya.
Ikuti iklan ini yuk: “Ayo…segera
pilih Allah swt. jadi Tuhan kita satu-satunya. Percaya deh.. kamu-kamu
nyambung terus sama Dia seeepuasnya & asyiknya bisa isi ulang
‘voucer’ amal sholeh kapan dan di mana aja !..So pasti hati &
jiwamu bersih suci, ‘signal’ imanmu kuat, anti-dosa&maksiat,
bebas gangguan jaringan setan terlaknat, GRATIS BONUS PAHALA
BESAR-BESARAN (selamat & bahagia di dunia serta VIP Tamasya ke
Syurga), InsyaAllah..Gak bakalan rugi deeeh !...” (iklan ini boleh anda sebarkan ke teman-teman anda via email, jejaring sosial (social network),
blog, SMS, dll) Sekilas redaksi ‘iklan’ di atas kedengarannya agak lucu
seperti bercanda, tapi ini lebih dari serius, bagus dan jenius meski
belum ada dalam kamus & rumus.
Soal
penjelasan di atas, Anda boleh setuju/tidak setuju dengan saya. Sebab
hanya Dia yang memiliki keluasan dan kedahsyatan ilmu pengetahuan tanpa
batas dibandingkan secuil pemahaman nalar logika/dalil aqliyah manusia
yang punya keterbatasan.[44] “Robbi zidni ‘ilma war zuqni fahma”…”Ya
Tuhanku, karuniakanlah ilmu kepadaku dan karuniakanlah pula kepahaman
kepadaku”. Bisa juga membaca doa Nabi Ibrahim as. yang tercantum di
dalam Al-Quran surah Asy-Syu’araa[26]: 83-85).
Hamdani Bakran Adz-Dzakiy dalam bukunya, Konseling dan Psikoterapi Islam,
mengatakan bahwa kebahagiaan dan Kenikmatan memiliki hati akan kita
rasakan ketika hati ini senantiasa merasa bahagia karena keimanan
semakin bertambah-tambah dan terus naik kehadhirat Allah swt.; hati
berjumpa dengan-Nya.[45] Kebahagiaan dan kenikmatan yang sebenarnya akan dianugerahkan Allah swt melalui hati yang selalu bertasbih kepada-Nya.[46]
Kebahagiaan tertinggi sebagai makhluk sempurna adalah mampu menjaga
kesucian batin yaitu kemilau hati yang bersih, ikhlas semata mengabdi
kepada-Nya.[47] Suasana hati yang lapang dan tenang memancarkan energi positif kepada apa saja di sekitarnya baik yang bernyawa maupun tidak. Qalbun salim (hati yang selamat) itulah yang diharapkan oleh setiap hamba Allah di muka bumi ini. Sedangkan Qalbun Mariid (hati yang berpenyakit/gelisah)[48] perlu mendapat perawatan intensif, penyembuhan melalui terapi dan latihan (riadhah) memperbanyak dzikir, istighfar, bershalawat kepada Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam, tilawah
Al-Quran, aktif dalam majelis ilmu dan berupaya membiasakan diri dengan
amalan-amalan sunnah. Dan jangan sampai kita membiarkan hati ini kotor
ternoda akibat dosa/maksiat, jika dibiarkan dikhawatirkan ia menjadi Qalbun Mayyit (hati yang mati).[49]
Jika hatinya sudah mati, segala kebaikan dan kebenaran akan
mentah-mentah ditolak dan dibenci olehnya. Hati-hati dengan ketetapan
Tuhan bagi mereka yang memiliki hati, mata dan telinga tapi tidak
digunakan untuk memahami isyarat-isyarat-Nya, mereka ditetapkan sebagai
penghuni neraka Jahanam.[50]
Ada
lima hal yang menutupi mata hati manusia yang mesti kita buka dan kita
bersihkan, yaitu : selalu memperturutkan hawa nafsu, cinta dunia dan
takut mati, dikuasai setan, tabiat buruk, dan dosa.[51]
Hanya
hati yang bersih dan jiwa yang suci layak mendapat “tiket perjalanan”
menuju “wisata abadi akhirat” yaitu syurga yang luasnya seluas langit
dan bumi.[52]
Semoga kita tergolong orang-orang yang senang membersihkan diri dengan
dzikir dan bertaubat sehingga memiliki hati dan jiwa yang bersih suci
dengan cahaya keimanan dan ketakwaan. Amin.
Sebuah Refleksi Kehidupan Abad Millenium,
Pontianak, 26 Jumadil Ula 1433 H./20 Maret 2012 M., Pkl. 01.20 WIB.
Catatan Kaki
[1] Buka QS. Al-Hijr[15]: 19-20.
[2]
Anjuran untuk mencintai keindahan dan hanya melihat yang baik-baik
bertujuan menjaga gelombang alfa yang sejuk dan damai. Perintah untuk
menjaga pandangan dari keburukan karena bisa membuat otak terlalu aktif
di gelombang beda yang membuatnya sulit berpikir jernih (Erbe Sentanu,
2009: 138).
[3] Buka QS. Al-Haqqah[69]: 13-16, QS.Al-Infithar[82]: 1-4.
[4] Buka QS. Ali Imran[3]: 185, QS. An-Nisa[4]: 78, QS. Al-Mu’minun[23]: 15,
[5]
Dan Dialah Allah (yang disembah), di langit maupun di bumi; Dia
mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan dan
mengetahui (pula) apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-An’am[6]:3).
[6] “Pada
hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam,
agar kepada mereka itu dapat diperlihatkan amalan-amalannya yang
sudah-sudah.” (QS. Az-Zalzalah : 6)
[7] Buka QS. Yunus[10]: 21, QS. Az-Zukhruf[43]: 80, QS. Qaf[50]: 17-18.
[8] Buka QS. An-Nur[24]: 24, QS. Yasin[36]: 65, QS. Fushshilat[41]: 22,
[9]
Kombinasi dari alunan suara yang bercampur dengan makna bacaan yang
dilagukan ketika berdoa , berdzikir, dan mengaji bersifat menentramkan
hati-semua berhubungan dengan keseimbangan harmonis irama gelombang otak
manusia. Pemahaman efek frequency following response
(FFR) ini membawa ilmuwan pada kesimpulan bahwa getaran listrik di otak
sebenarnya bisa diubah-ubah melalui stimulus lewat pancaindra. Sejak
hal ini ditemukan ilmuwan menghabiskan puluhan tahun mencari cara untuk
membuat efek terapetik yang terjadi di ala mini supaya bisa dinikmati
orang yang hidup di kota. Dan, karena berbagai kelebihan indra
pendengaran, para ilmuwan banyak yang lebih memanfaatkan teknologi audio
(pendengaran) untuk menolong orang merasakan gelombang otak yang
diinginkannya. (Erbe Sentanu, 2009. The Science & Miracle of Zona Ikhlas, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, h. 140.
[10]
Banyak nabi atau orang bijak dikabarkan memanfaatkan tempat-tempat yang
sunyi seperti di dalam gua, hutan, dan tempat lainnya untuk
menyelaraskan irama gelombang otaknya dan mengakses kecerdasan
nuraninya. Mereka adalah orang-orang yang tahu bagaimana mengakses
kejernihan gelombang otak Alfa dan Theta dalam hidup mereka. (Erbe
Sentanu, 2009: 134).
[11]
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-mainan dan
sendau-gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa. Maka apakah kamu tidak memahaminya ? (QS.
Al-An’am[6]: 32).
[12]
(setan itu) memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan
angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu hanya menjanjikan
tipuan belaka kepada mereka.(QS.An-Nisa[4]: 120).
[13] Buka QS. Al-An’am[6]: 7
[14]
Maaf, jika anda terganggu dengan kata-kata penulis yang terkesan jorok
& kotor. Semoga saat membaca tulisan ini, anda tidak sedang
dalam menyantap makanan atau belum makan. Sebab, dikhawatirkan anda akan
mual dan selera makan anda mulai berkurang. Khusus di Indonesia, kita
sebagai orang timur sangat memperhatikan etika kesopanan dalam kehidupan
sehari-hari. Terutama etika disaat menghadapi/menyantap hidangan tidak
boleh banyak berbicara, apalagi berbicara hal-hal yang jorok dan kotor
dihadapan orang yang sedang menikmati makanannya. Itu dianggap tidak
etis dan melanggar norma kesopanan. Secara akhlak agama, hal itu juga
tidak baik.
[15] buka surah Al-Baqarah[2]: 168
[16]
Setan sangat menyukai tempat-tempat yang kotor, busuk, remang-remang,
lembab seperti WC, kamar mandi, rumah kosong, tempat pembuangan sampah,
tempat yang sepi & sunyi tanpa penghuni/jauh dari pemukiman
manusia seperti hutan belantara, pulau kosong, gunung-gunung,
sungai-sungai, lautan/samudra, tempat-tempat hiburan maksiat yang
berisik & bersifat duniawi seperti pasar/mall-mall, diskotik,
nigh club, keraukean, pelacuran, pondok penginapan, kamar hotel, dll.
Setan juga bisa berada di dalam diri manusia melalui peredaran darah.
Contohlah Rasulullah saw. ketika akan memasuki WC, beliau membaca doa: “bismillahi Allaahumma innii A’uudzubika minal khubutsi wal Khabaa its”..”Dengan
nama Allah, Ya Allah aku selalu berlindung kepada-Mu dari kejahatan dan
keburukan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas ra.) lalu melangkahkan
kaki kiri saat hendak memasuki WC. WASPADALAH !!!...
[17]
Akal merupakan salah satu dari sekian banyak karunia yang dianugerahkan
Allah swt. kepada manusia. Dengan akal itu Dia membedakan manusia dari
makhluk-makhluk lain. (Yusuf Al-Uqshari, 2005. Melejit dengan Kreatif, Jakarta: Gema Insani Press. h. 99).
[18] Tafakkuri QS. An-Nur[24]: 21.
[19] http://quran.al-shia.org/id/lib/002/06.html
[20] Resapi QS. Ali Imran[3]: 191.
[21] Renungi QS. Al-Mu’minuun[23]: 13-16
[22] Buka QS. Fathir[35]: 11.
[23] “Dialah
Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, Dia
memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih
kepada-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr[59]: 24).
[24] H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Said al-Khudry ra.
[25]
Waspada bagi pria metroseksual/cowok culun yang mudah terbuai dengan
fantasi rayuan wanita seksi & menggoda. Pembunuhan pasangan pria
dilakukan pasangan wanita itu disaat si pria terlena asyik menikmati
tubuh wanita itu (disaat pria mengalami klimaks orgasme). Setelah si
Pria terbunuh, wanita itu mengerok & merampok semua uang, harta
milik korban. Pembunuhan yang licik & sadis.
[26]
Tulisan ini terkesan vulgar & sadis, namun Penulis tidak
bermaksud demikian. Penulis menampilkan gambaran fakta (realita) di
zaman sekarang yang sering ditutup-tutupi & dianggap sesuatu hal
yang tabu, padahal demi keselamatan & kebaikan (kemaslahatan)
publik, hal itu penting untuk disampaikan dengan syarat dilengkapi
dengan tuntunan yang positif sehingga dapat dijadikan pelajaran dan
dapat mengantisipasi agar tidak terjadi pada diri kita, keluarga, teman,
sanak famili masing-masing. Banyak kasus terjadi akibat ketertarikan
pada penampilan fisik lawan jenis, malah masing-masing mengambil
kesempatan untuk melakukan tindak kriminal lainnya, seperti menipu,
memeras, mengancam bahkan tidak segan-segan membunuh pasangannya sendiri
demi memenuhi kepuasan baik secara seksual maupun material (harta).
[27]
Meskipun begitu, gadis muslimah perlu waspada, sebab di zaman ini
jangankan yang buka aurat, yang berjilbab saja diganggu & digoda
sama cowok-cowok nakal/jail. Seolah jilbab tak lagi melindungi mereka.
Akibat sebagian mereka belum memahami bagaimana menutup aurat dengan
sempurna sesuai dengan syariat & akhlak Islami. Yaitu berjilbab
dengan bahan kain yang tidak transparan dan menutup hingga dibawah dada,
berpakaian panjang dan longgar/tidak ketat sehingga lekuk tubuh tidak
terlihat. Selain berpakaian menutup aurat, perilaku/ akhlak sebagai
muslimah juga perlu dijaga sehingga tidak menimbulkan fitnah dikemudian
hari. Pilih mana ?.., jiwa & raga terjaga, dicintai Allah swt.,
menjadi ratu bidadari surga atau jiwa & raga sengsara, dimurkai
Allah swt., menjadi penghuni neraka selamanya..?
[28] Ippho Santosa, 2010. 7 Keajaiban Rezeki: Rezeki bertambah, Nasib Berubah, dalam 99 hari dengan otak Kanan, Jakarta: PT. Elex Komputindo.
[29] Buka QS. Fathir[35]: 5-6.
[30]
Di Jepang dan di Negara-negara Barat banyak kasus bunuh diri yang
dilakukan oleh orang-orang kaya, padahal orang-orang miskin merindukan
kekayaan dan membayangkannya sebagai kunci segala kebahagiaan, tapi
faktanya sungguh berbeda. Sungguh dunia ini penuh dengan kepalsuan dan
tipuan. (Ust. M. Zubaidi, 2008. Renungan Shalat Berjama’ah. Bogor:
Ta’awun Publisher, h. 14).
[31] Sayyid Abul Hasan Ali Nadwi, 2006. Derita Dunia Akibat Kemunduran Umat Islam (Madza Khosirol ‘Alam bi inhithat al-Muslimin) terjemahan AM. Halim, Jakarta: Penerbit Fadlindoh. 266.
[32] “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (QS. Ali Imran[3]: 185).
[33] Buka QS.Ar-Ra’d[13]: 34.
[34] Buka QS.Yunus[10]: 13, QS. Al-An’am[6]: 6, QS.Ath-Thalaq[65]: 8-9.
[35] Buka Q.S. Ar-Rum ayat 41-42
[36] Buka QS. Ar-Rum[30]: 36.
[37] http://www.eriricaldo.com/warnawarni/firaun-manakah-yang-tenggelam-di-laut-merah
[38] Buka QS. Ali Imran[3]: 135.
[39] http://id.wikipedia.org/wiki/Nasuha_tobat
[40]
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah dia
musuh(mu) karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya
supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Faathir:6),
buka juga QS. Al-Baqarah[2]: 168.
[41]
Dari Abu Muhammad, ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash ra., ia berkata:
“Rasulullah saw. telah bersabda: ‘Tidak sempurna iman seseorang di
antara kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang telah aku
sampaikan.” (Hadits hasan shahih dalam kitab Al-Hujjah).
[42]
Pusat informasi raksasa ini merekam semua perubahan dan pergerakan yang
terjadi pada setiap atom di alam semesta. Pusat data ini bekerja
layaknya jaringan komunikasi raksasa yang menghubungkan seluruh quanta
di alam semesta untuk ‘bercakap-cakap’ satu sama lain tanpa henti 24 jam
setiap hari. (Erbe Sentanu, 2009: 54).
[43]
Menurut ilmu pengetahuan modern, pada tingkat kuantum seluruh atom
saling bertukar informasi interaktif setiap saat. Seperti jaringan
komputer raksasa yang online
24 jam mengalirkan data ke setiap atom di alam semesta. Sebagaimana
teknologi telpon seluler atau internet yang selama 24 jam aktif di
mana-mana di sekitar kita. Suatu kecanggihan teknologi yang di awal
tahun ’80-an masih banyak yang tak percaya namun sekarang sudah dianggap
lumrah. Sesepuh teori fisika kuantum pemenang hadiah Nobel di bidang
fisika pada tahun 1918, Max Planck mengguncang dunia ilmu pengetahuan
dengan hipotesis beraninya, ia mengatakan bahwa energy gelombang cahaya
tidak mengalir dalam arus yang kontinu melainkan lewat potongan-potongan
cahaya yang disebut quanta.
Sebuah hipotesis yang menggemparkan ilmu fisika klasik yang belum siap
menerima penjelasannya meskipun sekarang pendapat itu sudah dianggap
normal. Demikian pula, quantum ikhlas atau mekanisme kerja hati yang hi-tech
di zona ikhlas awalnya mungkin sulit diterima akal, tetapi jika nanti
sudah terbiasa kita pun akan lumrah dengan kecanggihannya. Kita justru
akan merasa heran jika masih ada yang belum memanfaatkannya, seperti
aneh rasanya jika saat ini masih ada yang belum menggunakan teknologi handphone
atau internet. (Erbe Sentanu, 2009: 40-41). Bahkan Iblis sendiri
mengakui kecanggihan teknologi ikhlas ini yang hanya bisa dioperasikan
oleh hamba-hamba Allah yang mukhlis (buka QS. Shaad[38]: 83).
[44]
Akan tetapi, tak mustahil bagi Allah swt untuk menganugerahkan
Al-Hikmah kepada manusia yang dikehendaki-Nya. Sehingga ia mampu
menyingkap tabir rahasia ilmu Allah swt. Hanya mereka yang berakal
tinggi yang diberi kelebihan demikian (renungi QS. Al-Baqarah[2]: 269).
[45] Buka QS. Al-Fath [48]: 1-5.
[46]
Hati menjadi tenteram dan senantiasa damai, karena selalu berdzikir
menyebut dan mengingat Allah Ta’ala, kapan saja dan di mana saja ia
berada (Buka QS. Ar-Ra’d[13]: 28-29).
[47]
Seperti riwayat yang diceritakan oleh Imam Jafar dalam kitab
Al-Bihar:”Apabila seorang hamba berkata, “Tiada daya dan kekuatan
kecuali dengan Allah maka Allah menjawab, ‘Hai para makaikat-ku,
hamba-Ku telah ikhlas berserah diri, maka bantulah dia, tolonglah dia,
dan penuhilah hajat keinginannya.” (Erbe Sentanu, 2009: 155).
[48] Saat melakukan dosa/maksiat, secara spontan kegelisahan dan kesedihan memenuhi hatinya (DR.Khalid Abu Syadi, 2004. Alangkah Buruknya Dosa ( Wa Aswataah Wa In ‘Afauta) terjemahan Ahmad Ikhwani, Jakarta: Gema Insani, h. 20.
[49] Indikasi matinya hati (Qalbun Mayyit):
merasa senang dengan perbuatan dosa dan berusaha menampakkannya,
keinginan yang membara untuk berkumpul dengan orang-orang yang selalu
berbuat maksiat, merasa tertekan ketika melihat orang-orang yang taat,
senantiasa berbuat dosa dan tidak segera bertobat, tidak lagi merasa
sedih dengan hilangnya perbuatan taat, tidak lagi menolak kemungkaran,
baik itu dengan tangan, lisan, maupun hatinya. (DR. Khalid Abu Syadi,
2004: 49).
[50] Buka QS. Al-A’raf[7]: 179.
[51] M. Arifin Ilham, 2004. Hakikat Zikir; Jalan Taat Menuju Allah, Depok: Intuisi Press, h. 68.
[52] Buka Qs.Ali Imran[3]: 133.
0 komentar:
Posting Komentar