Minggu, 29 April 2012

Mencari Jati Diri, Menemukan Tuhan

Ketika orang mulai dibekali kemampuan bernalar, yaitu ketika mulai dewasa, ia mencari jati diri yang ada pada dirinya. Maka, seringkali kita melihat anak-anak ABG (anak baru gede) yang baru menginjak remaja itu suka meniru-niru orang yang menjadi idolanya. Ia ingin mencari jati dirinya, seperti apakah ia, seperti siapakah dirinya.
Lebih dalam ia mencari jati diri dengan merenungkan diri dan alam sekitarnya. Bagi mereka yang mendapat petunjuk maka ia pun mencari di dalam ayat-ayat suci. Ketika Al-Quran menyebut,
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fushshilat:53)
Ia mencoba menggali tanda-tanda ilahi di dalam dirinya. Subhanallah, betapa ajaib diri manusia. Baik secara fisik, mental, emosi, dan spiritual. Semuanya mempunyai fungsi dan manfaat sendiri-sendiri. Ia pun menemukan ayat,
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (Ali ‘Imran: 191)
Ya. Tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia. Semuanya berguna. Lalu apa guna saya hidup di dunia ini? Mulailah dirinya berpikir lebih dalam. Sebetulnya, dari mana saya berasal? Mau apa sih saya ini hidup di dunia? Setelah ini, seperti orang-orang lain yang telah mati, saya akan ke mana? Apa fungsi saya dicipta di dunia ini? …
Pertanyaan-pertanyaan dasar itu senantiasa menghinggapi setiap manusia untuk meluruskan perjalanan hidupnya di dunia ini. Dengan menemuka jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut manusia menemukan Tuhan. Semua kembali kepada Allah rabbul’alamin. Ini sangat fitrah. Mengapa? Sebab Allah memang pernah mengikat janji dengan kita semua para manusia ketika di alam arwah. Dalam firman-Nya dikatakan,
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (al-A’raaf: 172)
Setelah menemukan Tuhan, maka hidupnya tenang. Oke, saya sudah paham jati diri saya. Maka, ia kembali beraktivitas. Lalu ia pun ingin beraktivitas sebaik dan sekeras mungkin untuk membuktikan jati dirinya itu. Mulailah ia pada pencarian berikutnya.
Sumber Inspirasi dari : Palgunadi T. Setyawan, 2009. Menapaki Jalan Mendaki: Sebuah Renungan tentang Alam, Manusia, dan Kehidupan, Jakarta: Gema Insani, h.113-115

0 komentar:

Posting Komentar

NASYID & RELIGI ISLAMI


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com
 
Free Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design