Ketika orang mulai dibekali kemampuan bernalar, yaitu ketika
mulai dewasa, ia mencari jati diri yang ada pada dirinya. Maka, seringkali kita
melihat anak-anak ABG (anak baru gede) yang baru menginjak remaja itu suka
meniru-niru orang yang menjadi idolanya. Ia ingin mencari jati dirinya, seperti
apakah ia, seperti siapakah dirinya.
Lebih dalam ia mencari jati diri dengan merenungkan diri dan
alam sekitarnya. Bagi mereka yang mendapat petunjuk maka ia pun mencari di
dalam ayat-ayat suci. Ketika Al-Quran menyebut,
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga
jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi
kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fushshilat:53)
Ia mencoba menggali tanda-tanda ilahi di dalam dirinya.
Subhanallah, betapa ajaib diri manusia. Baik secara fisik, mental, emosi, dan
spiritual. Semuanya mempunyai fungsi dan manfaat sendiri-sendiri. Ia pun
menemukan ayat,
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri,
duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan
semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (Ali ‘Imran: 191)
Ya. Tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia. Semuanya berguna.
Lalu apa guna saya hidup di dunia ini? Mulailah dirinya berpikir lebih dalam.
Sebetulnya, dari mana saya berasal? Mau apa sih saya ini hidup di dunia?
Setelah ini, seperti orang-orang lain yang telah mati, saya akan ke mana? Apa
fungsi saya dicipta di dunia ini? …
Pertanyaan-pertanyaan dasar itu senantiasa menghinggapi
setiap manusia untuk meluruskan perjalanan hidupnya di dunia ini. Dengan
menemuka jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut manusia menemukan Tuhan.
Semua kembali kepada Allah rabbul’alamin. Ini sangat fitrah. Mengapa? Sebab
Allah memang pernah mengikat janji dengan kita semua para manusia ketika di
alam arwah. Dalam firman-Nya dikatakan,
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi
(tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap roh mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka
menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.’ (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya ketika
itu kami lengah terhadap ini.” (al-A’raaf:
172)
Setelah menemukan Tuhan, maka hidupnya tenang. Oke, saya
sudah paham jati diri saya. Maka, ia kembali beraktivitas. Lalu ia pun ingin
beraktivitas sebaik dan sekeras mungkin untuk membuktikan jati dirinya itu.
Mulailah ia pada pencarian berikutnya.
Sumber
Inspirasi dari : Palgunadi T. Setyawan, 2009. Menapaki Jalan Mendaki: Sebuah Renungan tentang Alam, Manusia, dan
Kehidupan, Jakarta: Gema Insani, h.113-115
0 komentar:
Posting Komentar