Aduuh....,
kegalauan terulang lagi! Kalut, sangat kalut!", teriak Perdana menteri
Akal (penuh kebingungan) kepada Sri Baginda Raja, Ruuh, "Ada apa wahai
Akal?, tanya Raja bimbang. "Wahai Sri Paduka, mohon kebijaksanaan dan
pertimbangan Paduka, untuk mengatasi pemberontakan yang dilakukan oleh
Si Nafsu yang hina itu. Ia mulai berani memasuki wilayah Kerajaan Jiwa
yang mulia ini. Sri Baginda Ruuh merenung sejenak, dan berkata, "Aku
adalah Raja, aku tidak sudi menyerahkan kerajaan Jiwa ini ke tangan Si
Nafsu!" Benar wahai Paduka, karena Si Nafsu itu penipu, apa saja bisa ia
lakukan demi ambisinya merebut kerajaan ini dan menguasai balatentara
dan rakyat kita." Dukung Perdana Menteri Akal.
..............................
"Ah,
untuk apa selalu terkekang pada titah dan aturan Raja yang sok suci
itu, aku ingin bebas!.....lagi pula aku hidup di Kerajaan Jiwa ini, jadi
semauku mau berbuat apa!, berontak Si Nafsu. "Ha ha ha!....bagus,
bagus, sangat demokratis kau Nafsu, Aku berada dipihakmu!, Dukung
Kompeni Iblis. "Apa rencana kita selanjutnya?, Sangat mudah, kau peralat
balatentara dan rakyat jelata untuk membuat keonaran yang lebih seru,
ha ha ha ! Bujuk Kompeni Iblis......"Betul juga, aku tahu balatentara
kerajaan berasal dari golongan Indera, dan rakyat jelata berasal dari
golongan anggota badan. Yah!, Akan aku giring mereka mengikuti kita.
Golongan Indera, yaitu Pendekar Mata dan Panglima telinga berada
berdekatan dengan singgasana Hati, kita arahkan untuk mengelabuhi
perdana menteri Akal, sedangkan golongan anggota badan kita bujuk secara
diam-diam agar tidak mentaati perintah Raja dan nasihat Perdana menteri
Akal".
...................................
Di
singgasana kerajaan, Sri Baginda tampak gelisah, sedangkan Perdana
Menteri berpikir mencari solusi agar Raja tidak terpengaruh oleh tipu
muslihat Si Nafsu dan Kompeni Iblis. "Wahai Sri Paduka Ruuh yang mulia,
sebaiknya Paduka jangan terlalu gelisah. Alangkah tenangnya Paduka jika
bersabar, dan memohon pertolongan Allah Swt agar diberikan petunjuk
untuk menghadapi Si Nafsu yang berani berkhianat dan musuh kita, Kompeni
Iblis yang licik". Nasihat perdana Menteri Akal. Lalu Sri Baginda Ruuh
pun bertafakur sejenak, dan beristighfar kepada Allah Swt. Saat itu pula
Sri Baginda Ruuh bermunajat kehadirat Allah Swt, "Wahai Allah, yang
menggenggam diriku dan alam semesta, aku mohon kepada-Mu lindungilah
kami dari kejahatan nafsu dan godaan Iblis di dalam jiwa ini". Dan
semenjak itu pula Sri Baginda Ruuh yang menduduki singgasana Hati
menyeru dan memerintahkan kepada seluruh balatentaranya dan rakyatnya
untuk memohon ampunan kehadirat Allah.
.............................................
Tiada
bosan-bosannya Kompeni Iblis menggembor-gemborkan amarah Si Penyamun
Nafsu. "Kau tidak akan mendapat kesempatan lagi untuk meraih keinginanmu
Nafsu!, Ayo pengaruhi Perdana Menteri Akal sehingga balatentara dan
rakyatnya yang bodoh itu masih mempercayai kita!", Propokasi Kompeni
Iblis. Si Nafsu mengangguk-anggukan kepala, "akan aku pengaruhi Perdana
Menteri!" gumamnya. "Perdana Menteri yang arif, saya ingin menawarkan
suatu barang yang sangat berguna bagi kemaslahatan kerajaan Jiwa ini.
Barang ini sangat langka, tentu disukai oleh Sri Baginda Raja". Si
Penyamun Nafsu menyamar sebagai seorang saudagar dan pedagang. Perdana
Menteri penasaran dan curiga terhadap tingkah laku pedagang itu, karena
barang yang ditawarkan sifatnya samar-samar, khawatir dapat membahayakan
Sri Banginda dan Kerajaan Jiwa ini. Tiba-tiba Sri baginda datang
menghampiri Perdana Menteri, "Wahai Perdana Menteri Akal, sadarlah bahwa
ini tipu muslihat Si Nafsu. bisik Sri Baginda Ruuh. Berkat kasih sayang
Allah , Sri Baginda mendapat taufik untuk segera mengetahui tipu
muslihat Si Nafsu. Si penyamun Nafsu memandang sinis Sri Banginda.
Dengan pertolongan Allah, Sri Baginda menyeru, "Wahai Nafsu!.....,
bertobatlah engkau kepada Allah yang menguasai dirimu, takutlah engkau
akan siksaan-Nya!.......,Si penyamun Nafsu terkejut dan tampak
ketakutan, dengan serta-merta ia menjauh dari singgasana Hati.
Perdana Menteri Akal segera beristighfar berulang kali, "Astaghfirullahul 'Aziim", dan diucapkan pula oleh Panglima Lisan. Sri Baginda Ruuh menjelaskan, "Ketahuilah olehmu Perdana Menteri, bahwa barang-barang yang dibawa Si Nafsu tadi adalah barang kemaksiatan, seperti candu narkotika yang dapat membunuh dirimu, pornografi yang dapat menyesatkan Pendekar tertinggi kita yakni Mata, musik nuansa syahwat yang menyesatkan Panglima tersohor kita yakni Telinga, makanan haram dan syubhat (meragukan) yang meracuni rakyat jelata kita yakni anggota badan. Hampir saja aku dipengaruhinya. Si Nafsu berambisi ingin merampas jabatan raja dariku. Ia tetap berusaha untuk menduduki singgasana Hati ini. Si Nafsu itu cenderung ingkar, maka berhati-hatilah terhadap aksi yang digencarkannya bersama Iblis la'natullah 'alaih terhadap Jiwa yang kita cintai ini.
[Fiksi Inspirasi dari buku karya Imam Al Ghazali, Kimia Hati]
Perdana Menteri Akal segera beristighfar berulang kali, "Astaghfirullahul 'Aziim", dan diucapkan pula oleh Panglima Lisan. Sri Baginda Ruuh menjelaskan, "Ketahuilah olehmu Perdana Menteri, bahwa barang-barang yang dibawa Si Nafsu tadi adalah barang kemaksiatan, seperti candu narkotika yang dapat membunuh dirimu, pornografi yang dapat menyesatkan Pendekar tertinggi kita yakni Mata, musik nuansa syahwat yang menyesatkan Panglima tersohor kita yakni Telinga, makanan haram dan syubhat (meragukan) yang meracuni rakyat jelata kita yakni anggota badan. Hampir saja aku dipengaruhinya. Si Nafsu berambisi ingin merampas jabatan raja dariku. Ia tetap berusaha untuk menduduki singgasana Hati ini. Si Nafsu itu cenderung ingkar, maka berhati-hatilah terhadap aksi yang digencarkannya bersama Iblis la'natullah 'alaih terhadap Jiwa yang kita cintai ini.
[Fiksi Inspirasi dari buku karya Imam Al Ghazali, Kimia Hati]
0 komentar:
Posting Komentar