...Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujaadilah : 11)
Potongan terjemahan ayat di atas tidaklah asing diingatan kita yang sering mengkaji AlQuran. Apalagi yang telah dianugerahi taufiq (kekuatan) oleh Alloh untuk mengamalkannya. Secara tekstual, ayat ini menceritakan dalam hal memberi keleluasaan orang dalam majelis ilmu agar bisa duduk bersama. Inilah salah satu adab di dalam majelis ilmu. Tapi kali ini kita tidak sedang mengkaji adab di dalam majelis ilmu, melainkan eksistensi orang yang beriman dan berilmu di sisi Allah Al ‘Alim.
Alloh
Azza Wajalla memposisikan orang beriman dan berilmu beberapa derajat.
Artinya mereka sangat dimuliakan dari hamba Alloh yang hanya seorang
‘abid (ahli ibadah) tapi miskin ilmunya. Begitu pula sebaliknya, mereka
yang berilmu namun miskin imannya. Sebagaimana Rasulullah Saw. ber sabda
: “Keutamaan seorang ‘alim (berilmu) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang….”(HR. Tirmidzi ).
Hadits tersebut menginformasikan bahwa seorang ‘alim yang dimaksud adalah orang yang memiliki ilmu untuk diamalkan dan
memegang teguh keimanan kepada Alloh semata. Bukan mereka yang tahu
segala hal namun berat hatinya untuk mengaplikasikan alias berapologi
belaka. Hal tersebut diisyaratkan dengan tegas oleh Alloh SWT. dalam
firman-Nya :
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS.As Shaff: 3)
Jangan sampai seperti apa yang diisyaratkan Alloh SWT tersebut. Hanya mengandalkan retorika (gaya berpidato) yang memukau para audiens. Sementara kandungan hikmah/ruuh dari kajian ilmu tersebut nihil.
Rasulullah
Saw. menggambarkan para pemilik ilmu dengan lembah yang bisa menampung
air yang bermanfaat terhadap alam sekitar, beliau bersabda, yang artinya: Perumpamaan
dari petunjuk ilmu yang aku diutus dengannya bagaikan hujan yang
menimpa tanah, sebagian di antaranya ada yang baik (subur) yang mampu
menampung air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang
banyak, di antaranya lagi ada sebagian tanah keras yang (mampu) menahan
air yang dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia untuk
minuman, mengairi tanaman dan bercocok tanam. Dan sebagian menimpa tanah
tandus kering yang gersang, tidak bisa menahan air yang menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan. Maka demikianlah permisalan orang yang memahami
(pandai) dalam dien Allah dan memanfaatkan apa yang dengannya aku diutus
Allah, maka dia mempelajari dan mengajarkan. Sedangkan
permisalan bagi orang yang tidak (tidak memperhatikan ilmu) itu (sangat
berpaling dan bodoh), dia tidak menerima petunjuk Allah yang dengannya
aku diutus. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ilmu adalah jalan menuju Surga, tiada jalan pintas menuju Surga kecuali ilmu. Sabda Rasulullah Saw
: Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim).
Masih
banyak dalil-dalil baik dari AlQuran maupun AlHadits yang menjelaskan
tentang keutamaan dan kemuliaan orang beriman dan berilmu. Sehingga,
membuat kita penasaran dan ingin segera menyingkap kandungan dari sumber
informasi tersebut. Namun demikian yang terpenting adalah
komitmen (menetapkan pendirian) selalu haus akan ilmu baik untuk
kebaikan di dunia maupun di akhirat. Serta konsisten (istiqamah) dalam
realisasi amal nyata. “Ilmu tanpa iman & amal seperti butir padi kosong, iman & amal tanpa ilmu seperti lentera tanpa cahaya” (Kata Hikmah).
0 komentar:
Posting Komentar